Showing posts with label Liputan. Show all posts
Showing posts with label Liputan. Show all posts

Sunday, December 2, 2012

Nasionalisme Bangsa dan Hubungannya Dengan Kiprah Sepakbola Indonesia

Nasionalisme: Dimanakah Kau Berada?

 

Nasionalisme Bangsa Indonesia ditandai dengan Kebangkitan Nasional dimana Bangkitnya Rasa dan Semangat Persatuan, Kesatuan, dan Nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia, yang sebelumnya tidak pernah muncul selama penjajahan Belanda dan Jepang. Masa ini ditandai dengan dua peristiwa penting yaitu berdirinya Boedi Oetomo (20 Mei 1908) dan ikrar Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928). Masa ini merupakan salah satu dampak politik etis yang mulai diperjuangkan sejak masa Multatuli.

Saat ini kita masih menunggu dan mengejar agar bangsa ini bangkit menuju peradaban yang lebih baik dan berkesinambungan. Masalah yang dihadapi cukup rumit, terutama generasi saat ini yang melihatnya dari peristiwa Reformasi 20 Mei 1998. Saat itu banyak fihak berharap akan terjadi perubahan mendasar setelah 14 tahun reformasi itu terjadi.

Namun, apa mau dikata, Reformasi telah “menelan korban dan biaya” yang tidak sedikit. Baik dari sisi aset fisik,  budaya, sosial, psikologis dan aspek kemanuasian lain, peradaban kita ada di ambang “To Be or Not To Be”. Banyak pemangku kepentingan bangsa kebingungan dengan “Prioritas Mana Yang Harus Dipilih Oleh Bangsa Indonesia?”. Mereka masih gamang “irama apa yang harus dimainkan?”.

Nasionalisme dan Sepakbola

 

Apakah ada keterkaitan langsung antara nilai nasionalisme dan prestasi sepakbola sebuah bangsa?

Nasionalisme atau paham kebangsaan serupa barang semu. Tidak berbentuk dan hanya ada di dalam benak kepala orang banyak. Benedict Anderson mengatakan, bangsa-bangsa adalah komunitas yang dibentuk secara sosial dan diciptakan dalam persepsi mereka yang berada di dalamnya. Prinsip kebangsaan ini mendapat tempat lebih luas secara politis ketika orang membentuk negara.

Bersumber dari goal.com, disebutkan Sepakbola turut memberikan ruang atas terjadinya persaingan antarbangsa atau antarnegara salah satunya melalui sistem kejuaraan yang dikenal sejak olahraga si kulit bulat ini mewabah secara global.

Dalam ruang yang paling kecil terjadi ketika Indonesia berpartisipasi di AFF Suzuki Cup 2012 baru-baru ini. Kebetulan atau tidak, Indonesia mengawali turnamen melawan Laos dan mengakhirinya dengan menghadapi Malaysia. Hubungan Indonesia dan Malaysia tak ubahnya seperti dua negara tetangga lain di dunia. Saling cela, saling bersaing, saling cemburu, tetapi sebenarnya saling membutuhkan.

Malaysia dalam banyak hal sebenarnya mengagumi Indonesia. Dalam sebuah percakapan dengan seorang teman dari negara jiran itu di Kuala Lumpur dua pekan lalu, generasi muda Malaysia sebenarnya mengakui keunggulan berbagai produk budaya Indonesia. Sayangnya, Indonesia tidak memandang fenomena itu sebagai sebuah hegemoni melainkan menganggapnya sebagai produk yang eksklusif.

Tapi, di lapangan sepakbola Malaysia berhasil mengungguli Indonesia dalam beberapa pertemuan. Jika masyarakat Indonesia merayakan pencapaian timnas di AFF Suzuki Cup dengan gegap gempita, begitu pula dengan masyarakat Malaysia. Jika kepentingan politik Indonesia menempatkan sepakbola di pentas utama, begitu pula halnya dengan Malaysia. Sebabnya sepakbola dianggap berhasil menggelembungkan sikap nasionalisme sepanjang turnamen digelar.

Nasionalisme yang sudah ditinggalkan kalangan posmodernis tetap menjadi barang penting bagi negara dunia ketiga seperti Indonesia dan Malaysia. Jika menilik teori modernisasi Anthony Giddens, entah berada di tahap berapa Indonesia sekarang ini. Bukan negara primordial yang feodalis, tetapi tidak jua lepas landas. Kesadaran manusia, demikian Karl Marx suatu ketika, tergantung pada alat produksi yang dipakainya. Bagi Marx, kesadaran manusia sangat diperlukan demi sebuah kemajuan. Indonesia dan Malaysia, selama AFF Suzuki Cup, ternyata menuju "kemajuan" yang berbeda.

Di Malaysia dewasa ini, kebangsaan adalah isu penting. Dalam beberpa tahun terakhir Pemerintah rajin mempropagandakan kampanye "1Malaysia", yang bertujuan menyatukan berbagai rumpun budaya -- terutama tiga etnis besar: Melayu, Cina, dan India. Bahasa ibu masih akrab di telinga masyarakat sehari-hari karena tidak semua orang Malaysia bisa berbahasa Melayu dan tidak semua orang Malaysia lancar berbahasa Inggris.

Kaum oposisi beranggapan kampanye "1Malaysia" bertujuan melanggengkan status quo generasi rezim pemerintahan dan Anda tahu bahasa yang digunakan media Melayu untuk menyebut kata "oposisi"? "Pembangkang". Dalam bahasa Indonesia, dua kata tersebut memiliki konotasi yang berbeda. Pendeknya, bagi Malaysia persatuan adalah isu penting. 

Jauh sebelum AFF Suzuki digelar, Pemerintah Malaysia menyertakan sepakbola dalam kurikulum pendidikan nasional. Sejumlah fasilitas akademis plus sepakbola didirikan di beberapa negara bagian -- terbaru di negara bagian Pahang. Sistem pembinaan pemain muda ini turut ditunjang kebijakan federasi sepakbola setempat (FAM) yang melarang partisipasi pemain asing dalam kompetisi nasional.

Saat turnamen digelar, euforia kebangsaan Malaysia mulai terpantik ketika sukses menumbangkan Laos dan kemudian Indonesia  2-0 pada laga penyisihan di Kuala Lumpur. Ketika laga  digelar banyak generasi muda Malaysia dengan mendatangi langsung arena nonton bareng di kawasan Bukit Jalil. 

Walau belum juara, wajar kiranya bangsa Malaysia merayakannya  berpesta menyambut lolosnya mereka ke semi final di turnamen antarnegara Asia Tenggara itu. Sepakbola dianggap sebagai kebanggaan bersama warga Malaysia. Semua etnis berbaur menjadi satu dalam merayakan keberhasilan tim Harimau Malaya. 

Indonesia menjalani turnamen dengan penuh warna, gagal lolos semi final walau tadinya diharapkan merebut gelar. PSSI bahkan berseteru dengan KPSI sehingga banyak pemain tang bertalenta tidak bisa ikut serta. PSSI memanfaatkan kesadaran masyarakat Indonesia untuk mendukung timnas dengan memaksa "keterbatasan" mereka.  Di negara kita, isu nasionalisme malah disetir ke arah kepentingan tertentu.

Tuesday, November 27, 2012

Jaringan Islam Liberal: Suatu Kontradiksi Misi dan Aksi Presisi Yang Harus Di Somasi

 

Epitomologi Jaringan Islam Liberal

Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia, Jaringan dimiliki oleh organisme yang telah memiliki pembagian tugas untuk setiap kelompok sel-selnya. Organisme bertalus, seperti alga ("ganggang") dan fungi ("jamur"), tidak memiliki perbedaan jaringan, meskipun mereka dapat membentuk struktur-struktur khas mirip organ, seperti tubuh buah dan sporofor. Tumbuhan lumut dapat dikatakan telah memiliki jaringan yang jelas, meskipun ia belum memiliki jaringan pembuluh yang jelas.

Dari sumber yang sama, Islam (Arab: al-islām, الإسلام: "berserah diri kepada Tuhan") adalah agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah. Dengan lebih dari satu seperempat miliar orang pengikut di seluruh dunia, menjadikan Islam sebagai agama besar  di dunia. Islam memiliki arti "penyerahan", atau penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan (Arab: الله, Allāh).Pengikut ajaran Islam dikenal dengan sebutan Muslim yang berarti "seorang yang tunduk kepada Tuhan", atau lebih lengkapnya adalah Muslimin bagi laki-laki dan Muslimat bagi perempuan. Islam mengajarkan bahwa Allah menurunkan firman-Nya kepada manusia melalui para nabi dan rasul utusan-Nya, dan meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa Muhammad adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus ke dunia oleh Allah.

Sedangkan menurut Wikipedia, Liberalisme atau Liberal adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik yang didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan dan persamaan hak adalah nilai politik yang utama. Secara umum, liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas, dicirikan oleh kebebasan berpikir bagi para individu. Paham liberalisme menolak adanya pembatasan, khususnya dari pemerintah dan agama. Dalam masyarakat modern, liberalisme akan dapat tumbuh dalam sistem demokrasi, hal ini dikarenakan keduanya sama-sama mendasarkan kebebasan mayoritas.

Jaringan Islam Liberal: Kontradiksi Misi dan Aksi Presisi

Sejak berdirinya Jaringan Islam Liberal telah menimbulkan pertentangan. Dikutip dari eramuslim.com, Setelah didirikan pada tanggal 8 maret 2001, praktis JIL mulai disibukkan pada serangkaian agenda-agenda penting mereka untuk membumikan garis Islam liberal yang sudah sempat booming pada era 1970-an.

Situs JIL pun launch bertepatan pada tanggal yang sama. Menurut Budy Munawar Rachman, JIL bukanlah organisasi formal layaknya Muhammadiyah dan NU. JIL hanyalah organisasi jaringan yang lebih bersifat cair dan lepas.

Dalam situsnya, Islam liberal dalam pandangan JIL adalah suatu bentuk penafsiran tertentu atas Islam dengan landasan: Pertama, membuka pintu ijtihad pada semua dimensi Islam. Kedua mengutamakan semangat religio-etik dan bukan makna literal teks. Ketika mempercayai kebenaran yang relatif, terbuka dan plural.

Keempat memihak pada minoritas yang tertindas. Kelima meyakini kebebasan beragama. Keenam memisahkan otoritas duniawi dan ukhrawi serta keagamaan dan politik (sekularisme).

Para intelektual muda yang terlibat dalam pengelolaan Jaringan Islam Liberal angkatan pertama adalah: Goenawan Mohammad, Ahmad Sahal, Ulil Abshar Abdalla, Luthfie Asy-syaukanie, Hamid Basyaib dan Nong Darol Mahmada. Bisa dikatakan nama-nama ini pas jika dijuluki sebagai founding father JIL secara kelembagaan.

Namun jika dikerucutkan kembali, kemunculan JIL tidak lepas dari tangan Ulil Abshar Abdalla (Lakpesdam NU), Ahmad Sahal (Jurnal Kalam), dan Goenawan Mohamad (ISAI) sebagai trimurti berdirinya JIL yang sempat melontarkan wacana itu ketika duduk-duduk di Jalan Utan Kayu 68 H, Jakarta Timur, Februari 2001.

Kalau melihat "Asbabun Nuzul"  sejarah dan legenda  masing-masing pendiri JIL ini sangat menarik. Ulil Abshar Abdalla misalnya menyelesaikan pendidikan menengahnya di Madrasah Mathali'ul Falah, Kajen, Pati, Jawa Tengah yang diasuh oleh KH. M. Ahmad Sahal Mahfudz (wakil Rois Am PBNU periode 1994‑1999). Pernah nyantri di Pesantren Mansajul 'Ulum, Cebolek, Kajen, Pati, serta Pondok Pesantren Al-Anwar, Sarang, Rembang. Dia mendapat gelar Sarjananya di Fakultas Syari'ah LIPIA (Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab) Jakarta, dan pernah mengenyam pendidikan di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara. Saat ini ia sedang menempuh program doktoral di Universitas Boston, Massachussetts, AS.
 
Jadi ada unsur "No Free Lunch" disini....... Tidak usah dengan debat agama, Menyitir cara-cara penyelidikan dan penyidikan FBI dan IRS, perlu dibuktikan dengan cara melihat sumber aliran dana yang mengalir pada dirinya :-)
 
Mengapa?  Berbeda dengan Ulil yang membela Ahmadiyah, KH Sahal Mahfudz justru terkenal keras menentang Ahmadiyah. Romo Kyai -begitu para santri memanggilnya termasuk Ulil- meminta agar Ahmadiyah keluar dari Islam. Beliau terkenal garang dalam mengkritik kalangan muda NU yang memakai jurus “Atas nama HAM” untuk membela kehadiran Ahmadiyah.

KH. Sahal dengan tegas menyatakan bahwa Ahmadiyah mempunyai akidah yang berbeda. KH. Sahal Mahfudz pun telah berkali-kali menyatakan Ahmadiyah sesat dan meminta pemerintah untuk membubarkan dalam kapasitasnya sebagai petinggi Majelis Ulama Indonesia.

Jaringan Islam Liberal Harus Di Somasi

Saat ini banyak organisasi Islam merasa gerah dengan kehadiran JIL. Dikutip dari obornews.com, Ratusan pemuda yang tergabung dalam gerakan Indonesia Tanpa JIL (Jaringan Islam Liberal) menggelar silaturahmi nasional (Silatnas) perdananya di Bandung, Jawa Barat, Minggu (11/11/2012).

"Gerakan Indonesia Tanpa JIL (ITJ) merupakan gerakan simpati yang saat ini tersebar di 25 wilayah di Indonesia," Kata koordinator ITJ pusat, Fajar Arif Kristanto kepada wartawan di Cikole, Bandung, Minggu (11/11/2012).

Menurut Fajar, gerakan ITJ merupakan gerakan ajakan kepada ummat muslim di Indonesia untuk menolak gerakan islam liberal yang dinilai telah melakukan perusakan akidah generasi muda.

"Gerakan ini terbentuk bulan Februari tahun 2012. TUjuannya menghapuskan gerakan Jaringan Islam Liberal di Indonesia," katanya.

Hasil dari Silatnas perdana ini menghasilkan empat poin yang diharapkan bisa menyadarkan akan adanya bahaya JIL di Indonesia. Meminta pemerintah, melalui Kemendikbud, menghentikan liberalisasi agama dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, menyerukan tenaga pendidik untuk berani menolak kurikulum pendidikan yang menjurus kepada liberalisasi agama yang dipaksakan.

Selain itu, mereka juga meminta media massa untuk mendukung upaya penyelamatan generasi muda Indonesia dan kepada orang tua untuk memperhatikan penanaman nilai-nilai agama kepada anak-anaknya karena keluarga dinilai sebagai benteng terakhir moralitas generasi muda Indonesia.

Jadi jelas bahwa ada kontradiksi dalam organisasi Jaringan Islam Liberal ini. Ia tumbuh seperti "Lumut" tanpa memiliki jaringan "pembuluh agama" yang jelas. Padahal Islam berarti "penyerahan", atau penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan (Arab: الله, Allāh). Bukan menjadi Liberal yang menolak adanya pembatasan, khususnya dari pemerintah dan agama.

Saturday, November 24, 2012

Pelayanan Rawat Jalan: Apakah Sebanding Dengan Mengantri Selama Tiga Setengah Jam?

 

Hari ini saya dan istri mengantar Firman yang mengalami alergi berkepanjangan ke dokter kulit di salah satu rumah sakit swasta di Jl.Ir.Haji Juanda. Kami tiba  jam 8 pagi di lantai 2 rumah sakit tersebut dan langsung mendaftar sebagai pasien rawat jalan. Diinformasikan oleh petugas administrasi bahwa dokter kulit sudah praktek sejak jam 7 pagi.

 

Kami menuju ruang praktek dan Firman langsung diperiksa tekanan darah dan pra-pemeriksaan lainnya oleh suster. Setelah 1 jam (jam 09.00) kami lihat pasien mulai banyak, namun dokter belum ada.

 

Kira-kira jam 10.00 dokter yang mempunyai nama seperti pahlawan wanita bangsa Prancis ini tiba di tempat prakteknya. Pakaiannya "Chic" dan dia "Good Looking" untuk wanita seukurannya........

 

 

Setelah menunggu 2 jam ada rasa kecewa dan jenuh, mengapa rumah sakit sebesar dan "sebaik" ini tidak punya "Communication Plan" yang baik dan benar. Seharusnya ada indikator berapa lama pasien harus menunggu sesuai urutannya, apakah dengan cara TIK (Teknologi Informasi dan Kumunikasi) atau dengan cara "Basa mah teu meuli" melalui suster atau tenaga administrasinya.

 

Barulah setelah tiga jam setengah  (jam 11:30) yang menjemukan dan menguras "social & emotional cost" yang cukup besar, Firman dipanggil masuk ke ruang praktek untuk diperiksa.....Taraaa...15 menit kemudian pemeriksaan selesai diiringi perasaan lega....

 

Pada saat keluar, selain resep,  FIrman membawa surat keterangan dari dokter bahwa ia terlambat ikut Ekstra Kurikuler di sekolahnya karena harus berobat ke  dokter......Pertanyaan strategisnya:

 

Apakah Pelayanan Rawat Jalan Sebanding Dengan Mengantri Selama Tiga Setengah Jam?

 


Friday, November 23, 2012

Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) DIKTI: Berkah Atau Masalah Bagi Dosen Pembimbing?

 

Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) DIKTI
PKM merupakan salah satu bentuk upaya yang dilakukan Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DP2M), Ditjen Dikti dalam meningkatkan kualitas peserta didik (mahasiswa) di perguruan tinggi agar kelak dapat menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademis dan/atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan meyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian serta memperkaya budaya nasional.

 

PKM dilaksanakan pertama kali pada tahun 2001, yaitu setelah dilaksanakannya program restrukturisasi di lingkungan Ditjen Dikti. Kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang selama ini sarat dengan partisipasi aktif mahasiswa, diintegrasikan ke dalam satu wahana yang diberi nama Program Kreativitas Mahasiswa. PKM dikembangkan untuk mengantarkan mahasiswa mencapai taraf pencerahan kreativitas dan inovasi berlandaskan penguasaan sains dan teknologi serta keimanan yang tinggi.

 

 

Dalam rangka mempersiapkan diri menjadi pemimpin yang cendekiawan, wirausahawan serta berjiwa mandiri dan arif, mahasiswa diberi peluang untuk mengimplementasikan kemampuan, keahlian, sikap tanggungjawab, membangun kerjasama tim maupun mengembangkan kemandirian melalui kegiatan yang kreatif dalam bidang ilmu yang ditekuni.

 

Pada awalnya, dikenal 5 (lima) jenis kegiatan yang ditawarkan dalam PKM, yaitu PKMPenelitian (PKM-P), PKM-Penerapan Teknologi (PKM-T), PKM-Kewirausahaan (PKM-K), dan PKM-Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-M) dan PKM-Penulisan Ilmiah (PKM-I). Dalam upaya mengefisiensikan proses penilaian dan penyediaan reviewer, maka seluruh usulan akan dikelompokkan ke dalam masing-masing bidang PKM yang dituju (-P, -T, -K, -M, KT).

 

 

Selanjutnya setiap usulan dalam setiap bidang PKM dikelompokkan lagi ke dalam tujuh kelompok bidang ilmu, yaitu:
  • Bidang Kesehatan, yang meliputi: Farmasi, Gizi, Kebidanan, Kedokteran, Kedokteran Gigi, Keperawatan, Kesehatan Masyarakat, Psikologi.
  • Bidang Pertanian, yang meliputi: Kedokteran Hewan, Kehutanan, Kelautan, Perikanan, Pertanian, Peternakan, Teknologi Pertanian.
  • Bidang MIPA, yang meliputi: Astronomi, Biologi, Geografi, Fisika, Kimia, Matematika.
  • Bidang Teknologi dan Rekayasa, yang meliputi: Informatika, Teknik, Teknologi Pertanian.
  • Bidang Sosial Ekonomi, yang meliputi : Agribisnis (Pertanian), Ekonomi, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
  • Bidang Humaniora, yang meliputi : Agama, Bahasa, Budaya, Filsafat, Hukum, Sastra, Seni.
  • Bidang Pendidikan, yang meliputi Program Studi Ilmu-Ilmu Pendidikan di bawah Fakultas Kependidikan.

 

 
Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) : Berkah Atau Masalah Bagi Dosen Pembimbing?

Bagi beberapa dosen ini mungkin ada pertanyaan strategis sbb: Berkah Atau Masalah Bagi Dosen Pembimbing?
Seperti diketahui,  tidak ada honor/renumerasi PKM untuk dosen :-) 
Hal inilah yang mungkin membuat dosen agak enggan untuk membimbing mahasiswa yang ikut PKM....

 

Saya sendiri berpedoman pada "Pernyataan Filosofis Pendidikan"  diantaranya berbunyi sebagai berikut:
Tujuan saya dalam mendidik tidak terbatas pada domain pengetahuan. Pendidik harus belajar keterampilan kerja sama dan manajemen tim juga. Mengekspos struktur “Permainan Peran” atau metode lain yang mendasari pembelajar bekerja ketika menyelesaikan sebuah tugas, merencanakan atau mengkritisi tim, atau membuat keputusan kepemimpinan pembelajaran. Model ini mengarah pada langkah penting memberikan umpan balik yang dapat diidentifikasi. Pembelajar juga harus memberikan umpan balik kepada pendidik namun biasanya pendidik yang memintanya.

 

Pendidik harus bertanggung jawab besar dalam proses pembelajaran. Mereka harus mengambil pendekatan aktif untuk belajar. Saya percaya pembelajar yang sukses berkembang memiliki pengulangan teori atau kasus untuk menghubungkan pengalaman kerja mereka dengan pengetahuan yang ada di luar. Pada akhir pendidikan, diharapkan pembelajar yang sukses dapat belajar di luar konteks kasus, karena mereka berusaha untuk “menguasai” lapangan kehidupan.

 

 

Usulan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2012

Saat ini Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Ditjen Pendidikan Tinggi memberi kesempatan kepada mahasiswa perguruan tinggi negeri maupun swasta untuk mengajukan usulan proposal Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 5 bidang yaitu : PKMP, PKMM, PKMK, PKMT dan PKMKC yang akan didanai tahun 2013.

 

DIKTI menginformasikan bahwa sesuai panduan PKM tahun 2012, pengajuan usulan proposal dan tata cara pengiriman proposal On-Line ke Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (Dit. Litabmas) dapat di download pada website http://dikti.go.id, dengan headline : Usulan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2012.

 

Untuk itulah saya telah menginformasikan program dimaksud kepada mahasiswa Universitas Widyatama, sebagai berikut :
  1. Pendaftaran dilakukan Oleh Staf bagian Kemahasiswaan Perguruan Tinggi dengan alamat http://simlitabmas.dikti.go.id.
  2. Pengunggahan dokumen dilakukan oleh mahasiswa setelah proses pendaftaran yang dilakukan selesai.
  3. Pendaftaran dan pengunggahan dokumen usulan on-line mulai tanggal 29 Oktober s.d. 24 November 2012, apabila lewat dari batas waktu yang telah ditentukan maka proses pendaftaran dan pengunggahan tidak dapat dilakukan.
  4. Dit. Litabmas tidak menerima Proposal Usulan dalam bentuk Hardcopy (dokumen tersebut disimpan di Perguruan Tinggi pengusul untuk keperluan administrasi).
  5. Selanjutnya Kemahasiswaan Universitas Widyatama menerima email dari pkm.dp2m@dikti.go.id untuk user dan password operator kemahasiswaan.

 

Sunday, November 18, 2012

Angklung, Engkau Selalu Ada di Di Relung Bandung

 

Setelah putri kami memilih angklung sebagai ekstra-kurikuler di sekolahnya baik SMP dan SMA, saat ini putra kedua kami ikut jejak kakaknya. Tadi pagi ia ikut "mentas" dalam acara "Angklung Day" di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Minggu (18/11/2012).

 

Tambahan lagi setelah putri kami mendapat kesempatan untuk ikut  pementasan di luar negeri, ketertarikan ini menjadi berganda. Mungkin kebetulan atau tidak, Riris dan Firman menyenangi angklung. Ternyata banyak hal yang bisa didapat dari alat musik asal Bandung ini. Bagi putra putri kami ini, saya lihat sisi positif diantaranya adanya keseimbangan bagi otak kanannya (seni, kreatifitas dll.) sebagai kompensasi setelah memperoleh gemblengan untuk otak kirinya (logika, ilmu dll.) di sekolah dan di rumah.

 

Dikutip dari detik.com, Ribuan pelajar dari sejumlah sekolah di Jawa Barat berkumpul di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Minggu (18/11/2012). Mereka memeriahkan peringatan Hari Angklung sambil menenteng alat musik tradisional angklung.

 

Ketua Panitia Pelaksana Anglung Day, Agung Setiana, mengatakan pelajar yang mengikuti acara ini berasal dari tingkat TK hingga SMA. Selain itu, turut meramaikan kalangan mahasiswa, masyarakat umum, serta komunitas angklung.

 

"Ini merupakan peringatan dua tahun diumumkannya angklung oleh UNESCO. Angklung diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia," ucap Agung ditemui di lokasi acara.

 

Alat musik tradisional khas Jawa Barat yang terbuat dari bambu ini dikukuhkan UNESCO sebagai The Intangible Heritage pada 18 November 2010 di Nairobi, Kenya. Angklung ditetapkan sebagai Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia.

 

"Panitia mengundang sekitar 60 sekolah, dan ribuan pelajar turut hadir dalam Angklung Day ini," kata Agung.

 

Pelajar itu berbaris di halaman Gedung Sate untuk memainkan anglung secara serentak diiringi perkusi dan paduan suara. Tiap pelajar memegang angklung berbeda nada antara barisan satu dengan lainnya. Kegiatan tersebut berlangsung sejak pukul 09.00 WIB hingga jelang siang.

 

Saturday, October 27, 2012

Bersatunya Semangat Berkorban Iedul Adha dan Aktualisasi Sumpah Pemuda

Kemarin dirayakan sebagai Hari Raya Iedul Adha 1433 H dan besok dikhidmati sebagai Hari Sumpah Pemuda 2012. Betap sangat relevannya kedua perayaan tersebut dijadikan bekal kita untuk terus mensyukuri nikmat Allah SWT dengan cara berkorban demi orang lain serta tetap mempunyai semangat kepemudaan agar tidak tergilas jaman. Tepatlah apa yang digambarkan dalam film "Negeri 5 Menara" yang diputar tadi malam di salah satu stasiun televisi tadi malam. Dalam film tersebut digambarkan "Orang Besar" itu:

“Disini, kalian akan kami didik untuk jadi orang besar. Apakah jadi pengusaha besar, jadi menteri, ketua partai, ketua DPR/MPR atau Ketua Ormas Islam. Bukan itu yang saya maksud orang besar...."

"Orang besar itu bukan dilihat dari jabatan apa yang kamu raih, bukan seberapa banyak harta yang kamu miliki, namun orang besar itu adalah siapapun dari kamu yang keluar dari pondok pesantren ini dan dapat memberikan kebermanfaatan yang banyak bagi sekitarmu, entah di kolong jembatan, di bukit-bukit gunung negeri ini, di daerah pelosok dan dimanapun kamu berada....."

Semangat Berkorban Iedul Adha

Bulan ini merupakan bulan bersejarah bagi umat Islam. Pasalnya, di bulan ini kaum muslimin dari berbagai belahan dunia melaksanakan rukun Islam yang kelima. Ibadah haji adalah ritual ibadah yang mengajarkan persamaan di antara sesama. Dengannya, Islam tampak sebagai agama yang tidak mengenal status sosial. Kaya, miskin, pejabat, rakyat, kulit hitam ataupun kulit putih semua memakai pakaian yang sama. Bersama-sama melakukan aktivitas yang sama pula yakni manasik haji.

Selain ibadah haji, pada bulan ini umat Islam merayakan hari raya Idul Adha. Lantunan takbir diiringi tabuhan bedug menggema menambah semaraknya hari raya. Suara takbir bersahut-sahutan mengajak kita untuk sejenak melakukan refleksi bahwa tidak ada yang agung, tidak ada yang layak untuk disembah kecuali Allah, Tuhan semesta alam. Pada hari itu, kaum muslimin selain dianjurkan melakukan shalat sunnah dua rakaat, juga dianjurkan untuk menyembelih binatang kurban bagi yang mampu.

Anjuran berkurban ini bermula dari kisah penyembelihan Nabi Ibrahim kepada putra terkasihnya yakni Nabi Ismail. Peristiwa ini memberikan kesan yang mendalam bagi kita. Betapa tidak. Nabi Ibrahim yang telah menunggu kehadiran buah hati selama bertahun-tahun ternyata diuji Tuhan untuk menyembelih putranya sendiri. Nabi Ibrahim dituntut untuk memilih antara melaksanakan perintah Tuhan atau mempertahankan buah hati dengan konsekuensi tidak mengindahkan perintahNya.

Sebuah pilihan yang cukup dilematis. Namun karena didasari ketakwaan yang kuat, perintah Tuhanpun dilaksanakan. Dan pada akhirnya, Nabi Ismail tidak jadi disembelih dengan digantikan seekor domba. Legenda mengharukan ini diabadikan dalam al Quran surat al Shaffat ayat 102-109. Kisah tersebut merupakan potret puncak kepatuhan seorang hamba kepada Tuhannya. Nabi Ibrahim mencintai Allah melebihi segalanya, termasuk darah dagingnya sendiri. Kecintaan Nabi Ibrahim terhadap putra kesayangannya tidak menghalangi ketaatan kepada Tuhan. Model ketakwaan Nabi Ibrahim ini patut untuk kita teladani.

Dari berbagai media, kita bisa melihat betapa budaya korupsi masih merajalela. Demi menumpuk kekayaan rela menanggalkan ”baju” ketakwaan. Ambisi untuk meraih jabatan telah memaksa untuk rela menjebol ”benteng-benteng” agama. Dewasa ini, tata kehidupan telah banyak yang menyimpang dari nilai-nilai ketuhanan. Dengan semangat Idul Adha, mari kita teladani sosok Nabi Ibrahim. Berusaha memaksimalkan rasa patuh dan taat terhadap ajaran agama. Di samping itu, ada pelajaran berharga lain yang bisa dipetik dari kisah tersebut. Sebagaimana kita ketahui bahwa perintah menyembelih Nabi Ismail ini pada akhirnya digantikan seekor domba.

Pesan tersirat dari adegan ini adalah ajaran Islam yang begitu menghargai betapa pentingnya nyawa manusia. Hal ini senada dengan apa yang digaungkan Imam Syatibi dalam magnum opusnya al Muwafaqot. Menurut Syatibi, satu diantara nilai universal Islam (maqoshid al syari’ah) adalah agama menjaga hak hidup (hifdzu al nafs). Begitu pula dalam ranah fikih, agama mensyari’atkan qishosh, larangan pembunuhan dll. Hal ini mempertegas bahwa Islam benar-benar melindungi hak hidup manusia. 

Aktualisasi Sumpah Pemuda

Tidak dapat dipungkiri, Peran Pemuda Tak Tergantikan Dalam Kehidupan Berbangsa. Hampir semua bangsa punya tokoh muda yang tampil untuk memeprjuangkan dan menjaga kedaulatan bangsanya. Sumpah Pemuda merupakan bukti otentik bahwa pada tanggal 28 Oktober 1928 Bangsa Indonesia dilahirkan, oleh karena itu seharusnya seluruh rakyat Indonesia memperingati momentum 28 Oktober sebagai hari lahirnya bangsa Indonesia.

Proses kelahiran Bangsa Indonesia ini merupakan buah dari perjuangan rakyat yang selama ratusan tahun tertindas dibawah kekuasaan kaum kolonialis pada saat itu, kondisi ketertindasan inilah yang kemudian mendorong para pemuda pada saat itu untuk membulatkan tekad demi mengangkat harkat dan martabat hidup orang Indonesia asli, tekad inilah yang menjadi komitmen perjuangan rakyat Indonesia hingga berhasil mencapai kemerdekaannya 17 tahun kemudian yaitu pada 17 Agustus 1945.

Pada detik-detik kemerdekaan Indonesia, para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, Sukarni, dan Wikana –yang konon kabarnya terbakar gelora heroismenya setelah berdiskusi dengan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka –yang tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran. Pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945, bersama Shodanco Singgih, salah seorang anggota PETA, dan pemuda lain, mereka membawa Soekarno (bersama Fatmawati dan Guntur yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta, ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai peristiwa Rengasdengklok.

Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya. Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad Soebardjo melakukan perundingan dan menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. Maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta.

Mr. Ahmad Soebardjo berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu – buru memproklamasikan kemerdekaan. Setelah tiba di Jakarta, mereka pulang kerumah masing-masing. Mengingat bahwa hotel Des Indes (sekarang kompleks pertokoan di Harmoni) tidak dapat digunakan untuk pertemuan setelah pukul 10 malam, maka tawaran Laksamana Muda Maeda untuk menggunakan rumahnya (sekarang gedung museum perumusan teks proklamasi) sebagai tempat rapat PPKI diterima oleh para tokoh Indonesia.

Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 – 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis di ruang makan di laksamana Tadashi Maeda Jln Imam Bonjol No 1. Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir B.M Diah Sayuti Melik, Sukarni dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti Melik. Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 telah hadir antara lain Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti. Acara dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh Ibu Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh Soewirjo, wakil walikota Jakarta saat itu dan Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor.

 

Saturday, September 29, 2012

Reuni @sman5bdg: Antara Donor Darah, Himne Guru dan Kontribusi Alumni Bagi Sekolahnya

 
Dari pagi sampai siang saya mengikuti reuni di SMA Negeri 5 Bandung. Tak terasa umur yang sudah ABG (Angkatan Babe Gue) ini menjadi "muda" kembali. Terutama melihat "Cinta Pada Pandangan Pertama" yang sampai sekarang masih tidak berani saya ungkapkan.....waduh kok jadi begini...... Ada memang yang sudah sangat berubah rupa dan penampilan, namun semua itu hanya "Iceberg" saja :-)
 
Susunan Acara reuni kali ini adalah:
  1. 08.00 - 11.00 Pelaksanaan Donor Darah di Kampus Belitung. 
  2. 11.00-12.00 Sessi Photo Bersama seluruh Angkatan di depan kampus Belitung 8 dan kelas masing2.
  3. 12.00-13.00 Ishoma.
  4. 13.00-16.00 Tepang Sono dengan jajaran Civitas Sekolah dan eks Guru SMA 5 Bandung
 

Acara langsung "digebrak" dengan Donor Darah dan saya kebagian urutan nomor 5 (The Lucky Number)....... Saat itu datang juga sahabat Heru Pramono yang saya "paksa" agar darahnya mau "disedot" PMI. Kemudian dengan "enggan" dia mau masuk ke bilik Donor Darah...... Taraaa! Kurang lebih setengah jam kemudian dia keluar dengan wajah berseri tanpa "penyesalan" :-)

 

Sungguh terasa bahwa "Setetes Darah Kita, Menyelamatkan Nyawa Orang Lain", panitia Reuni kali tidak ingin kehilangan momentum. Meeka sadar bahwa reuni bukan hanya masalah "having fun" (baca: hura2) namun lebih kepada semangat sesuai spanduk reuni yang berbunyi "Berjumpa......Berkumpul......Bermakna".

 

Acara kedua adalah Foto Bersama.....Inilah waktunya bernarsis-ria.....Teu emut mun ayeuna geus kapala opat manjing kalima.....Ikut berteriak dan bergaya bebas bak John Travolta atau Mick Jagger......Berkali-kali difoto sampai lupa apakah saya pernah di kelas 3B1 atau 3B2......Pokonamah kafoto we lah :D

 

Para alumni berfoto di depan kampus Belitung 8 pada saat cuaca panas......Ya itu tadi, kalau soal berpose mah tidak kalah sama anak cucunya....Meriah dan kekanak-kanakan.....Wajar saja sudah lebih dari seperempat abad tidak bertemu :D

 

Kemudian alumni "digiring" ke aula di tingkat 3 sebelah belakang kiri SMA 5 Bandung.....Pangling memang atas perubahan yang ada...Semakin padat dan lengkap, namun hampir semua "renghap ranjug" sampai aula di tingkat tiga bakating ku cape :)

 

Sampai di Aula kelupaan belum sempat Sholat Duhur.......Dan pemirsa.....Turun lagi ke lantai dasar untuk sholat di Musholla yang cukup asri. Saat itu "tampuk pimpinan" (imam) sholat diserahkan kepada saya, mungkin saja karena saat itu "Saltum" (Salah Kostum) pakai batik ke acara alumni sehingga terlihat "berwibawa".

 

Setelah makan siang dari katering milik sesama alumni, acara dilanjutkan dengan "Tepang Sono dengan jajaran Civitas Sekolah dan eks Guru SMA 5 Bandung". Saat itu hadir guru-guru seperti Ibu Sukapti (Guru Matematika yang kebetulan juga tetangga rumah), Ibu Ani (Biologi) Ibu Winarsih (Sejarah), Ibu Mami Tumbelaka (Bhasa Inggris), Pak Arief (Fisika), Pak Rusli+Bambang (Olahraga), Pak Margana (Matematika) serta Kepala Sekolah saat ini Bapak Jumdiat Marzuki beserta dua Wakasek. 

 

Acara dibuka dengan semua alumni menyanyikan himne Guru sebagai berikut:

 
Saya sebagai pendidik merasakan "bulu kuduk berdiri" pada saat menyanyikannya.....Tak terasa air mata berkumpul di pelupuk mata...........Betapa peran pendidik itu memang sangat besar dan tidak pernah berakhir....
 
Ada yang menarik dari acara ini...Yaitu Tausiyah dari Ustad yang menyinggung bahwa "Reuni ini jangan dijadikan sebagai sarana 'CLBK' (Cinta Lama Bersemi Kembali)" namun harus jadi ajang amal bagi Alumni........Pasti Pak Ustad, saya datang ke reuni ini untuk bersilaturahmi dan berkontribusi pada SMA Negeri 5 Bandung tercinta..........
 
Acara selanjutnya adalah penyampaian "Salam Kadeudeuh" dari alumni untuk guru-guru kami.....Jangan dilihat besarnya, namun makna kecintaan dan rasa terima kasih kami pada beliau semua. Plus foto bersama dengan alumni yang dibagi dlam beberap "kloter" karena masih banyak yang narsis bersama ibu bapak guru tercinta.....
 
Akhirnya acara ditutup dengan janji alumni untuk memberikan satu ruangan kepada SMA Negeri 5 Bandung......Harapannya akan menjadi ladang amal dan "Tanda Mata" dari semua alumni yang hadir...........
 

Tuesday, September 25, 2012

Become Trainer of International Training Program on ICT Support for Palestinian SMEs Development

 
As part of Indonesia’s commitment to support Palestine in building its capacity development by providing trainings for 1000 Palestinians (2008 – 2013), Directorate of Technical Cooperation, Directorate General of Information and Public Diplomacy, Ministry of Foreign Affairs, is holding “International Training Program on Information and Communication Technology Support for Palestinian SMEs Development, Bandung, from 19 – 27 September 2012.
 
It is organized in cooperation with the Institute for Innovation and Entrepreneurship Development, Bandung Institute of Technology (LPIK ITB).
 
Ambassador Suprapto Martosetomo, Special Advisor to the Minister on Institutional Relations, the Ministry of Foreign Affairs in his Opening Remarks (19/09/12) underlined the importance of independent Palestine not only politically, but also in social-economic development so that the future of Palestine state will be viable and enduring.  “One of the concrete ways to support economic development is through the significant role of small and medium enterprises (SMEs).
 
 
SMEs create more employment, provide better opportunity and empower local economic potentials, and prove to be able to survive and remain to be the back bone of economic development during economic crises. And Indonesia has valuable experience to share on this with our Palestine brother in today’s training in Bandung, the city of scholar, fashion, cuisine”, said Ambassador Suprapto.
 
In line with that, Ambassador of the State of Palestine in his remarks mentioned that the program of Capacity Building for Palestine by Indonesian Government are various and it is not only limited on the program done by Technical Cooperation Directorate, but also in the framework of New Asia Africa Strategic Partnership (NAASP).
 
For that, the Ambassador conveyed his grateful acknowledgment to the government and the people of Indonesia for their support on the independence and the development of Palestine and wished that in the future Palestine would be able to do the same way as Indonesian does. The Ambassador also encouraged the participants to learn how Indonesian’s SMEs are connected and being competitive. 
 
 
Meanwhile, the Director for Technical Cooperation reported that the training program is one of numerous training programs for Palestine conducted by the Directorate of Technical Cooperation of the Indonesian Foreign Ministry. In the period of 2008-2011 the Directorate has launched 7 capacity building programs. 
 
In the current program, there are 7 Palestinians taking part on the training.  It will make the total number of Palestinians trained under the Directorate of Technical Cooperation programs becomes 42 persons entirely from 2008-2012.
 
For Palestine, The Directorate has designed several scenarios of trainings and other capacity building programs. Many discussions and meetings have been organized. The directorate also plans to hold trainings in Ramallah, Palestine, in order to establish more effective trainings with larger number of participants.
 
 
During the training, the participants will have the opportunity to enrich their knowledge, advance their skills and upgrade their competency particularly related to information and communication technology on SMEs sector.
 
The participants will acquire theoretical, technical and practical courses from number of exceptional speakers, practitioners and experts. The participants are also arranged to have opportunity to visit Museum of Asia Africa in Bandung, Saung Angklung Udjo, and other potential markets from SMEs actors in Bandung.
 
“It is hoped that the training will not only be merely one way education session, but will also be the forum for exchanging ideas and experiences between Indonesia and Palestine in order to build synergies and strengthen cooperation in SMEs development”, said Director Siti Nugraha Mauludiah ended her official report.
 
 

Sunday, September 16, 2012

#UPICintakuTakPernahSepi "The Last Lecture" Prof. Dr. H. Mohammad Fakry Gaffar, M.Ed.: From Good To Great Lecture

Kemarin saya menghadiri  "The Last Lecture" Prof. Dr. H. Mohammad Fakry Gaffar, M.Ed. sebagai Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Administrasi Pendidikan, beliau memasuki masa purna bakti setelah berkarir lebih dari 40 tahun. Acara Purna Bakti dengan segenap civitas akademika UPI digelar di Gedung Balai Pertemuan UPI Jalan Setiabudhi, Sabtu (15/9).  

Prof Dr Mohammad Fakry Gaffar MEd, kelahiran Pontianak, 16 Juli 1942 walaupun orang tuanya berasal dari Serang, Banten.  Ketertarikannya terhadap dunia pendidikan melebihi cita-citanya sebagai kiai besar. Dan selama dua periode yakni sejak tahun 1995 menjadi Rektor UPI (dulu IKIP).  Kisah hidupnya sangat mengesankan. Ia 'berkelana' dari satu negara ke negara lain, mengejar beasiswa dan menjadi guru hanya untuk mendapatkan kepuasan pendidikan yang tinggi dan lebih tinggi lagi. 

Saya kenal dekat dengan beliau sejak menjadi siswa S3 di Manajemen Pendidikan UPI, walapun orang tua sudah kenal terlebih dahulu karena mereka berdua juga sekolah di IKIP (sekarang UPI). Dalam pandangan saya, beliau adalah tipe pendidik (Educator) dan pemimpin (Leader) yang mumpuni, walaupun kadang-kadang "LUHUR SAUR BAHE CAREK", beliau membuktikan bukan hanya  kompeten dalam bidanng teoritis Academic saja, namun juga bergerak luas pada ranah Business & Goverment.
Terbukti dari "sepak terjangnya" yang tidak hanya di UPI, bahkan sampai ranah nasional bahkan global. Salah satu prestasinya diluar UPI adalah menjadi Lulusan Terbaik LEMHANAS yang kita tahu adalah jaminan menduduki jabatan-jabatan strategis di negeri ini baik sipil maupun militer. Di UNESCO, beliau juga mempunyai peran yang tidak kecil, terbukti dengan hasil penelitian dan kerja nya di organisasi pendidikan dan kebudayaan tingkat dunia ini. 
Masih segar dalam ingatan,  ketika saya mewakili SPS Adpend UPI menjadi pembicara di Doctoral School Seminar - Institute of Education, University of London. Dinihari (~ Jam 2 malam) pada saat transit di Dubai, sambil menunggu pesawat menuju London, dengan tekun membimbing saya untuk mempersiapkan dengan serius presentasi saya di sana. Walapun terkantuk-kantuk, kelihatan benar beliau sangat ingin anak didiknya berhasil dalam segala hal.

Inipun terbukti di UPI dimana pada Purna Bakti ini banyak fihak dan acara yang merupakan sumbangan dari kolega, teman sahabat, mahasiswa bahkan pemnagku kepentingan lain yang bererima kasih pada beliau.
Pada  kuliah ilmiahnya (The Last Lecture) yang dikutip dari Tribun Jabar, beliau menyampaikan bahwa  perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan segala dampaknya dan arus globalisasi melanda berbagai aspek kehidupan. hal ini juga menciptakan dinamika sosial dan memunculkan berbagai tantangan termasuk di dunia pendidikan dan secara spesifik perguruan tinggi.

Salah satunya adalah revolusi  information and communication technology (ICT). Menurut Prof Dr Mohammad Fakry Gaffar MEd, revolusi ICT banyak mengubah pola hidup, pola pikir dan pola tindak manusia yang semakin materialistik dan pragmatis serta amat tergabtung pada ICT hampir dalam setiap aspek kehidupan.

"Hal ini menantang perguruan tinggi untuk mengubah pengaruh negatif ini menjadi peluang sehingga manusia menemukan kembali martabat dan kemandirian serta kemampuan untuk berperan aktif dalam mengendalikan dan memanfaatkan teknologi untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat," katanya dalam pidato Purna Bakti nya dengan judul "Membangun Universitas Masa Depan Strategi Jangka Panjang Menuju World Class University pada Tahun 2035"  di Gedung BPU Kampus UPI Jalan Setiabudhi, Sabtu (15/9).


Menurutnya, dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap berbagai aspek kehidupan manusia termasuk dunia bisnis dan industri yang tidak hanya mendatangkan kemajuan tapi juga berakibat pada pengrusakan lingkungan kehidupan manusia di seluruh dunia yang menantang perguruan tinggi untuk berperan dan memberikan respon penyelamatan terhadap lingkungan hidup tersebut sebagai langkah penyelamatan kehidupan manusia.

Beliau memang sangat kompeten bukan hanya di bidangnya. Menurut pengamatan saya, UPI akan kehilangan tokoh yang bisa menjembati dan faham betul integrasi dan kolaborasi "Academic, Business and Government" untuk peningkatan peradaban bangsa. Melihat beliau, saya terbayang pada Gary Becker, seorang pemenang Nobel yang banyak menguasai ilmu pengetahuan serta dapat mengimplementasikannya.............
Semoga beliau diberi kesehatan, kemampuan berkarya dan panjang  umur oleh Allah SWT......Amin Ya Robbal Alamin.....

 

Monday, August 27, 2012

#Mudik #IedulFitri: Antara Kejayaan dan Keruntuhan Sepeda Motor Serta Kemenangan Umat Manusia

Selesai sudah "Upacara Rutin" setahun sekali dimana para pemudik bertemu sanak keluarga di tempat kelahiran untuk merayakan Iedul Fitri. Mereka berbondong-bondong melakukan "hijrah" untuk bersilaturahmi dan berbagi kebahagiaan yang dirindukan dengan menggunakan berbagai moda transportasi baik darat, laut maupun udara.

Yang menarik banyak diantara mereka menggunakan sepeda motor untuk mudik bersama keluarga. Alasannnya bermacam-macam, mulai dari penghematan, prestise, "kenyamanan" bahkan alasan lain yang klise. Menurut data, Pengguna sepeda motor dalam mudik lebaran tahun ini meningkat sebesar 20 persen hingga 25 persen atau sekitar 10-15 persen diatas prediksi pemerintah yang hanya sekitar 6,16 persen dari tahun lalu. Meningkatnya penggunaan sepeda motor pada waktu musim mudik lebaran akan mempengaruhi meningkatnya angka kecelakaan di jalan raya. 

 Meskipun dalam beberapa tahun terakhir masih terdapat kecelakaan fatal yang dialami angkutan umum, namun penggunan angkutan umum masih tergolong cukup aman dibandingkan dengan sepeda motor. Penggunaan sepeda motor pada waktu musim mudik lebaran memiliki presentasi 70 persen dari seluruh kecelakaan yang terjadi.   

Fenomena di lapangan yang penulis alami adalah banyak dari pengendara sepeda motor karena alasan ingin cepat sampai, mengorbankan keamanan dan kenyamanan diri dan keluarganya. Mereka seperti "sengaja memperdagangkan" keluarga mereka agar dimengerti oleh pengguna jalan lain untuk diberikan "keutamaan" di jalan.
Tidak jarang mereka melakukan manuver berbahaya dengan meliuk-liuk diantara sesama sepeda motor dan kendaraan lain. Sering juga membuat "Racing Line" seperti Rossi, Lorenzo atau Pedroza di Sirkuit MotoGP tanpa memperdulikan rambu lalu lintas dan kode etik berkendara. 
Tidak heran Semangat Kemenangan Umat Manusia berubah menjadi Kejayaan dan Keruntuhan (Rise and Fall) dari Sepeda Motor pada saat mudik tahun ini. Dikuti dari TEMPO.CO, Jakarta - Setiap tahun menjelang Lebaran, selalu bertambah jumlah pemudik yang mengalami kecelakaan. Hingga H+2 Hari Raya Idul Fitri, polisi mencatat sebagian besar korban tewas akibat kecelakaan adalah pengguna sepeda motor. Jumlahnya sebanyak 75,5 persen atau 518 orang adalah pengguna sepeda motor. 

Adapun total korban tewas akibat kecelakaan lalu lintas selama penyelengaraan Operasi Ketupat sejak 11 Agustus mencapai 686 jiwa, naik dari tahun lalu, sebanyak 622 nyawa melayang. Jumlah kecelakaan ini mengalami kenaikan dibanding tahun lalu, yakni 3.927 kecelakaan di tahun ini dibanding tahun lalu 3.777 kecelakaan. 

"Kebanyakan penyebabnya adalah human error, seperti melanggar batas kecepatan, melanggar rambu-rambu, dan tidak disiplin dalam berlalu-lintas," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat, Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar, dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis, 23 Agustus 2012. 

Data kepolisian pun menunjukkan bahwa sebagian besar kecelakaan lalu lintas atau 69,5 persennya melibatkan sepeda motor. Adapun total kendaraan yang terlibat kecelakaan berjumlah 6.695 kendaraan. 

Selain menyebabkan lebih dari 600 orang tewas, kecelakaan lalu lintas selama Operasi Ketupat pun menyebabkan 1.093 orang luka berat dan 3.750 lainnya luka ringan. 

 

Wednesday, May 30, 2012

Techno.Edu.Preneur Seminar & Expo Aula Barat ITB - 31 Mei 2012

Techno.Edu.Preneur Seminar & Expo adalah kegiatan yang diselenggarakan oleh Comlabs USDI ITB dan Pojok Pendidikan guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia. Kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka memperingati hari Pendidikan Nasional. Techno.Edu.Preneur Seminar & Expo memiliki tiga kegiatan utama, yaitu seminar, expo, dan lomba untuk guru.


Seminar

Seminar yang akan diselenggarakan terdiri dari dua sesi seminar, yaitu:

  • Seminar Pendidikan Kreatif dan Kewirausahaan.
    Seminar ini ditujukan untuk Guru pendidikan dasar dan menengah, Pemerhati/Komunitas pendidikan, Perusahaan pendukung pendidikan, Wirausahawan, Mahasiswa dan Umum.
  • Seminar E-Learning dan Knowledge Management.
    Seminar ini ditujukan untuk Akademisi, Korporasi, Penyelenggara Training, Penyedia layanan Distance Learning, Departemen pemerintahan.

Informasi lengkap seminar dapat dilihat di sini.


Expo

Expo terdiri dari dua rangkaian utama yakni Pameran Kreativitas dan Paralel Session. Pameran Kreativitas akan diisi insan-insan kreatif dalam pendidikan maupun korporat untuk menampilkan hasil karyanya serta memotivasi pengunjung. Pameran ini akan menampilkan alat peraga hasil karya finalis kompetisi alat peraga pengajaran. Selain itu, akan ditampilkan juga produk-produk dari komunitas kreatif serta dari perusahaan sponsor.

Tuesday, May 29, 2012

Sepakbola dan Kita: Antara Inter Milan, Persija dan Persib

Sepak bola bagi sebagian orang adalah nyawa kehidupan mereka. Walapun hanya sebagai supporter, semua akan dicurahkan bagi kesebelasan kesayangannya seperti mereka membela negaranya sendiri. Hidup ini tidak akan lengkap bila sepakbola pergi dari "Top Of Mind" mereka. Berikut adalah beberapa cuplikan "passion, spirit, and blind love" penggemar sepak bola terhadap kesebelasan kesayangannya.

Fans Fanatik Yang Terbesar Di Dunia

Masyarakat Indonesia terhibur dengan kedatangan kesebelasan Inter Milan ke Indonesia. Pertandingan yang disaksikan sekitar puluhan ribu penonton ini, sebahagian besar fans berat Inter dari penjuru Tanah Air, berlangsung seru, mereka tanpa henti-hentinya meneriakkan yel-yel serta nyanyian berbahasa Italia . "Di Indonesia fans fanatik ini berjumlah sekitar 20 ribuan, termasuk terbesar di dunia," ujar Entong Nursanto yang juga Presiden Interisti Club Indonesia (ICI).

Berbahagialah para pemain Inter Milan yang dipuja puji di negara ini yang berjarak 11.082,98 KM. Kedatangan Inter Milan berhasil menyedot perhatian seluruh pendukung Inter di Indonesia. Ratusan fans Inter berkumpul di Terminal 2D Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Rabu (23/5/2012) pagi. Bahkan, ada yang sudah datang dari kemarin dan ikut menyambut kedatangan tim ofisial "I Nerrazurri" pada hari ini di tempat yang sama. Sebagian para fans, atau yang biasa disebut Interisti, itu ternyata memilih menginap di bandara.

Mereka Disambut Bagaikan Raja

Teriakan yel-yel terdengar setiap Inter bermain, membahana sepanjang pertandingan Stadion Utama Gelora Bung Karno. Suasana stadion semakin meriah ketika sang kapten, Zanetti, berlari mengelilingi lapangan sebagai bentuk apresiasinya.”Saya mengucapkan terimakasih suporter orang Indonesia atas sambutan, suka cita semangat diberikan,” ujar Moratti seperti dilansir situs resmi klub.”Saya bisa menyaksikan lewat televisi cerita hadir Jakarta hari terakhir. Saya tidak bisa hadir Jakarta urusan pekerjaan,” sambungnya.”Saya bahagia terharu. Hal membuat semakin bersemangat bekerja demi suporter mengagumkan. Indonesia, berterimakasih kalian menjaga perasaan luar biasa selamanya.” 

Dalam keterangan persnya seusai laga melawan Indonesia Selection, para punggawa muda Inter mengaku termotivasi untuk berusaha lebih keras lagi guan menembus tim inti 'Nerazzurri'. Sementara, para pemain Inter yang sudah berusia senja mengaku bakal gantung sepatu setelah tur Indonesia ini. "Saya harap bisa terus bersama dengan Inter, dan bisa bermain dengan baik. Saya senang bisa mencetak dua gol. Fans di stadion juga luar biasa. Saya takjub dengan fans di sini," ujar pemain Muda Inter, Coutinho. "Saya bakal gantung sarung tangan dan berusaha untuk menjadi pelatih kiper Inter Milan," tutur kiper gaek Inter, Paolo Orlandoni.

Duel Klasik Dua Bebuyutan

Beberapa hari setelah itu, di stadion yang sama terjadi duel klasik antara Persija dan Persib yang berakhir imbang 2-2 dalam laga lanjutan kompetisi ISL 2011-2012 pada hari Minggu 27 Mei 2012 . Tampil di depan lima puluh ribu Jakmania yang merubah Stadion Utama GBK menjadi berwarna oranye, Persija tampil menyerang di babak pertama. Dua gol Persija disumbangkan oleh Ramdani Lestaluhu di menit 64 dan Precious di menit 72. Sedangkan gol untuk Persib ditorehkan oleh Atep di menit 46 dan Maman Abdurahman di menit 88.

Pertemuan tim bubuyutan Persib vs Persija di GBK berjalan panas. Persija "si macan kemayoran" gagal menuntaskan dendamnya kepada tim "Maung Bandung" sebutan Persib Bandung.  Duel berlangsung panas dan terlihat sangat keras sejak menit-menit awal hingga berakhirnya pertandingan. Kedua tim juga tampak bermain tak lepas. Adu fisik antar pemain sukses memanaskan tensi pertandingan. Bahkan, beberapa kali adu mulut mewarnai duel dua musuh bebuyutan ini.

Gajah Berperang, Pelanduk Mati Ditengah

Ternyata bukan hanya di lapangan GBK saja suasana panas terjadi, namun di luar stadion ada kekerasan yang menimbulkan korban. Insiden pengeroyokan  terjadi usai laga Persija Jakarta melawan Persib Bandung di Gelora Bung Karno, Senayan, Minggu 27 Mei 2012, mengakibatkan tiga orang tewas. Salah satu korban bernama Lazuardi, 29 tahun. Sementara dua korban lainnya belum diketahui identitasnya. 

"Kami masih mencari tahu identitas dua korban itu. Sampai saat ini belum ada keluarga yang datang untuk mengecek," kata Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Rikwanto, ketika dihubungi, Senin 28 Mei 2012. Dua korban tewas saat ini masih berada di Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo. Sedangkan jenazah salah satu korban yaitu Lazuardi sudah dibawa pulang oleh keluarganya di Jalan Menteng Sukabumi RT 08, RW 03, Kelurahan Sukabumi, Jakarta. 

Akibat Yang Tidak Terelakan
Setelah kejadian tersebut, Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya akan memperketat pemberian izin keramaian untuk pertandingan sepak bola. Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Rikwanto, Senin,  mengatakan pengetatan pemberian izin ini dilakukan, menyusul jatuhnya korban setelah pertandingan Persija melawan Persib di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, pada Minggu sore (27/5). Tiga orang dilaporkan tewas dan lima lainnya luka berat setelah menyaksikan pertandingan antara Persija dan Persib tersebut. "Tentunya ke depan kami akan lebih selektif memberikan izin pertandingan," katanya.
Menurut dia, fakta di lapangan menunjukkan ada suporter tim sepak bola yang tidak dapat mengendalikan diri saat mendukung klub kesayangannya. Lebih lanjut ia mengatakan Polda Metro Jaya juga akan berkoordinasi dengan panitia penyelenggara agar memindahkan lokasi pertandingan sepak bola yang rawan terjadi bentrokan antarsuporter. 
Sepak Bola Sebagai Tontonan dan Tuntunan
Sepak bola merupakan salah satu olahraga paling populer di Indonesia. Beberapa orang bermain sepak bola hanya untuk menang – bagi mereka yang penting siapa pencetak gol terbanyak. Tapi yang lainnya yakin, ini lebih dari sebuah pertandingan; karena ini adalah olahraga tim, bisa mengajarkan orang untuk saling berkerja sama, termasuk pada para supporternya.
Para pendukung sepak bola yang baik senang sekali menyanyikan lagu saat memberikan dukungan kepada tim kesayangannya, meski kerap kali juga mencemooh. Saat tim lawan bermain lebih hebat, tidak jarang mereka juga memberikan aplaus. Saat ada perayaan tertentu, para penggemar juga memberikan apresiasi. Jika ada mantan pemain atau tokoh tertentu meninggal dunia, maka penonton ikut dalam mengheningkan cipta.
Sepak bola tidak hanya menjadi tontonan, tetapi juga menjadi tuntunan bagi supporter-nya. Fans tidak hanya melihat keindahan permainan sepak bola atau aksi menawan para pemainnya, tetapi juga melihat hal lain seperti sportivitas, solidaritas, dan aksi lainnya yang patut dipelajari.
<iframe width="600" height="450" src="http://www.youtube.com/embed/dFtAjqfQOJA" frameborder="0" allowfullscreen></iframe>

Tuesday, October 4, 2011

"Siapa yang Membunuh Mobil Listrik?" (Who Killed the Electric Car?): Korban Konspirasi Korporasi dan Birokrasi

Sebagai sebuah film "misteri pembunuhan", "Siapa yang Membunuh Mobil Listrik?"  (Who Killed the Electric Car?) adalah  salah satu karya dokumenter yang berhasil. Seperti "Inconvenient Truth" dari Al Gore dan dokumnter nonfiksi tentang perang di Irak, film ini penuh dengan informasi dan sejarah tentang upaya untuk memperkenalkan - dan mempertahankan - kendaraan listrik di jalan pada kurun 1996-2006. Untuk sutradara film Chris Paine, bukti-bukti yang ada "terlalu mengerikan dan udara politik terlalu kotor" untuk hidupnya mobil listrik di Amerika Serikat saat itu.  
   
Cepat dan Lugas, film "Siapa yang Membunuh Mobil Listrik?" ditingkahi kisah sedih upaya yang heroik oleh sekelompok orang berpikiran terbuka untuk menyelamatkan bumi dari pemanasan global. Cerita sebagian besar diungkap selama kurun tahun 1990-an, ketika beberapa produsen mobil, termasuk General Motors, yang didorong untuk mengejar masa depan mobil yang bersih. Pada tahun 1990 "California Air Resources Board" mengadopsi mandat "Kendaraan Nol Emisi" dalam upaya untuk memaksa perusahaan mobil untuk memproduksi kendaraan bebas gas buang. Idenya sederhana: "Kita jangan tersedak sampai mati di limbah polusi kita sendiri". Tujuan itu tampaknya sederhana: pada tahun 1998, 2 persen dari semua mobil baru yang dijual di pasar kendaraan terbesar di negara itu akan tanpa gas-buang, sehingga membuat gaya hidup California lebih ramah lingkungan. 

Mengingat bahwa beberapa perusahaan, termasuk GM, sudah menciptakan prototipe untuk mobil listrik yang dapat diproduksi secara massal. Percaya atau tidak, mobil listrik telah dikenal selama era mobil diciptakan, kata tokoh otomotif Phyllis Diller. Film arahan Paine ini dibumbui dengan kesaksian bintang Hollywood, yang menjelaskan mengapa, di samping ahli mobil, berbicara tentang perlunya mobil listrik sebagai alternatif kendaraan ramah lingkungan . 

Agaknya Pak Paine berpikir, khalayak perlu mendengarkan tokoh terkenal dan tidak terkenal, seperti kasus Nona Diller, yang bernostalgia kepada kendaraan listrik pertama di depan sebuah lukisan berbingkai Tokoh Komedi Bob Hope. Kedua komedian dan pembuat film pasti tahu bagaimana menarik perhatian kita terhadap nasib mobil listrik pertama GM sat itu.

Henry Ford dan minyak murah membantu mencegah mobil listrik dipergunakan di jalan-jalan Amerika, meninggalkan sistem jalan raya yang tumbuh cepat dengan mesin yang memuntahkan polusi pembakaran internal. Bergerak cepat antara wawancara dan sebuah tayangan visual yang mengejutkan,  Mr Paine menjabarkan bagaimana "kisah cinta negara AS dengan mobil haus bensin", serta cepat berubah menjadi cinta buta. Pada tahun 1950-an, dimana Jack Kerouac dan James Dean bersinar,  pejalan kaki Los Angeles yang menerjang jalan-jalan kota terlihat menutupi mulut mereka dengan sapu tangan, mencoba untuk menyaring udara. Beberapa dekade kemudian, negara mengambil tindakan berani untuk mencegah polusi dari kendaraan bermotor. Apa yang terjadi selanjutnya, Mr Paine menjelaskan, adalah kisah adanya keserakahan korporasi dan korupsi pemerintah, berhadapan dengan semangat idealisme dan kemarahan. 

Ini adalah kisah Mr Paine dengan gigitan keras pada konspirasi hilangnya mobil listrik saat itu. Pada tahun 1996 surat kabar Los Angeles melaporkan bahwa "dewan pengwasan udara California ragu dengan kesediaan konsumen untuk menerima mobil listrik, yang harganya mahal dan memiliki jarak perjalanan yang terbatas." Mr Paine melampaui laporan ini, menunjukkan bahwa salah satu alasan dewan ragu-ragu karena ketuanya pada waktu itu, Alan C. Lloyd, telah bergabung dengan "California Fuel Cell Partnership". Didirikan pada tahun 1999, kemitraan ini merupakan upaya bersama dari badan-badan federal dan negara, perusahaan sel bahan bakar, produsen mobil seperti GM dan energi seperti Exxon untuk mengeksplorasi "potensi" kendaraan bertenaga sel bahan bakar hidrogen.

Mengapa perusahaan seperti Exxon tertarik teknologi kendaraan nol-emisi - menurut beberapa pihak berwenang yang diwawancarai dalam film, seperti Joseph J. Romm, seorang sekretaris asisten di Departemen Energi selama pemerintahan Clinton dan penulis "The Hype About Hydrogen"- mengatakan adalah jauh dari kenyataan penggunaanya di jalan raya? Jawabannya mungkin tidak mengejutkan Anda, terutama jika Anda cenderung untuk menonton film berjudul "Siapa yang Membunuh Mobil Listrik,?" (Who Killed the Electric Car?). Mr Paine dengan tegas menjelaskan, cerita dari mobil listrik lebih besar dari satu perjalanan bergairah dari orang-orang yang menyukainya. Ini seperti cerita es di kutub utara yang terpisah sampai ke Los Angeles, suatu cerita besar tentang kehidupan, dan mendesak untuk dipikirkan sebagai solusi ramah lingkungan.

<iframe width="640" height="360" src="http://www.youtube.com/embed/nsJAlrYjGz8" frameborder="0" allowfullscreen></iframe>

Related articles, courtesy of Zemanta:

Thursday, September 29, 2011

Pojok Pendidikan Publishing: Buku "Bunga Rampai Pendidikan Kreatif Edisi-1" Sudah Terbit


 

Saya selalu mengatakan bahwa: “Pendidikan adalah Benteng Terakhir Peradaban Manusia”. Mengapa, betapa besar peranan pendididikan dlam hajat hidup manuasia yang dikatakan oleh Aristoteles: “Pendidikan adalah bekal paling baik dalam menghadapi hari tua”.


Pendidikan dalam kaitannya dengan mobilitas sosial harus mampu untuk mengubah arus utama (mainstream) peserta didik akan realitas sosialnya. Pendidikan merupakan anak tangga mobilitas yang penting. Pendidikan dapat menjadi penyandar bagi mobilitas. Seiring dengan perkembangan zaman kemudian kita lebih mempercayai kemampuan individu atau keterampilan yang bersifat praktis daripada harus menghormati kepemilikan ijasah yang kadang tidak sesuai dengan kenyataannya. Inilah yang ahirnya memberikan peluang bagi tumbuhnya pendidikan  yang lebih bisa memberikan keterampilan praktis bagi kebutuhan dunia yang tentunya memiliki pengaruh bagi seseorang.

Pendidikan yang tepat untuk mengubah paradigma ini adalah pendidikan kritis yang pernah digulirkan oleh Paulo Freire. Sebab, pendidikan kritis mengajarkan kita selalu memperhatikan kepada kelas-kelas yang terdapat di dalam masyakarakat dan berupaya memberi kesempatan yang sama bagi kelas-kelas sosial tersebut untuk memperoleh pendidikan. Disini fungsi pendidikan bukan lagi hanya sekedar usaha sadar yang berkelanjutan. Akan tetapi sudah merupakan sebuah alat untuk melakukan perubahan dalam masyarakat. Pendidikan harus bisa memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang realitas sosial, analisa sosial dan cara melakukan mobilitas sosial.  

Tulisan dalam Buku “Bunga Rampai Pendidikan Kreatif” ini dimaksudkan sebagai tambahan menu dalam dunia pendidikan yang mudah-mudahan memberikan wawasan baru. Walaupun bukan merupakan buku referensi dan ditulis dengan gaya populer, diharapkan menambah khasanah bagi semua pemangku kepentingan pendidikan di Indonesia.

Semoga.

 Pendidik Pembebas

Djadja Achmad Sardjana

Buku bisa dipesan di : http://www.nulisbuku.com/books/view/bunga-rampai-pendidikan-kreatif-edisi-1

 

[slideshare id=6413231&doc=presentasigurukreatifpojokpendidikan-30dec10-101231023256-phpapp01]

 

Related articles, courtesy of Zemanta: