Monday, July 28, 2008

Impian adalah benih dari ide

Impian adalah benih dari ide. Terus bermimpi untuk mencapai sesuatu yang baik adalah bagian dari “Managing Innovation”. Mimpi tidak bisa diatur skenario dan alur ceritanya. Ide adalah buah dari dari impian baik yang kita punya.

Terus bermimpi yang berbeda dengan orang lain untuk melahirkan ide dan inovasi baru. Seperti orang bijak berkata:
“Tidak ada yang kekal didunia ini kecuali perubahan itu sendiri”

Dewi Sartika...Pahlawan Wanita Dari Tanah Sunda

Pada tanggal 19 Juli 2008 saya, permaisuri dan Firman mengunjungi rumah Dewi Sartika...Pahlawan Wanita Dari Tanah Sunda............ Rumah yang terletak di Jl.Dewi Sartika - Cicalengka - Kabupaten Bandung itu terlihat asri dan khas kediaman priyayi jaman dulu.

Kami tidak bisa masuk memang.....Namun dari luar suasananya mencerminkan kearifan beliau itu masih ada......Sayang kami tidak bisa lama di sana....Maklum tempat tersebut belum dibuka untuk umum.......



Berikut cuplikan sejarah beliau dari Wikipedia:

Dewi Sartika (Bandung, 4 Desember 1884 - Tasikmalaya, 11 September 1947), tokoh perintis pendidikan untuk kaum perempuan, diakui sebagai Pahlawan Nasional oleh Pemerintah Indonesia tahun 1966.



Dewi Sartika dilahirkan dari keluarga priyayi Sunda, Nyi Raden Rajapermas dan Raden Somanagara. Meski melanggar adat saat itu, orang tuanya bersikukuh menyekolahkan Dewi Sartika, ke sekolah Belanda pula. Sepeninggal ayahnya, Dewi Sartika dirawat oleh pamannya (kakak ibunya) yang berkedudukan sebagai patih di Cicalengka. Dari pamannya, beliau mendapatkan didikan mengenai kesundaan, sedangkan wawasan kebudayaan Barat diperolehnya dari berkat didikan seorang nyonya Asisten Residen bangsa Belanda.

Sejak kecil, Dewi Sartika sudah menunjukkan bakat pendidik dan kegigihan untuk meraih kemajuan. Sambil bermain di belakang gedung kepatihan, beliau sering memperagakan praktik di sekolah, mengajari baca-tulis, dan bahasa Belanda, kepada anak-anak pembantu di kepatihan. Papan bilik kandang kereta, arang, dan pecahan genting dijadikannya alat bantu belajar.

Waktu itu Dewi Sartika baru berumur sekitar sepuluh tahun, ketika Cicalengka digemparkan oleh kemampuan baca-tulis dan beberapa patah kata dalam bahasa Belanda yang ditunjukkan oleh anak-anak pembantu kepatihan. Gempar, karena di waktu itu belum banyak anak-anak (apalagi anak rakyat jelata) memiliki kemampuan seperti itu, dan diajarkan oleh seorang anak perempuan.

Ketika sudah mulai remaja, Dewi Sartika kembali ke ibunya di Bandung. Jiwanya yang semakin dewasa semakin menggiringnya untuk mewujudkan cita-citanya. Hal ini didorong pula oleh pamannya, Bupati Martanagara, pamannya sendiri, yang memang memiliki keinginan yang sama. Tetapi, meski keinginan yang sama dimiliki oleh pamannya, tidak menjadikannya serta merta dapat mewujudkan cita-citanya. Adat yang mengekang kaum wanita pada waktu itu, membuat pamannya mengalami kesulitan dan khawatir. Namu karena kegigihan semangatnya yang tak pernah surut, akhirnya Dewi Sartika bisa meyakinkan pamannya dan diizinkan mendirikan sekolah untuk perempuan.

Tahun 1906, Dewi Sartika menikah dengan Raden Kanduruan Agah Suriawinata, seseorang yang memiliki visi dan cita-cita yang sama, guru di Sekolah Karang Pamulang, yang pada waktu itu merupakan Sekolah Latihan Guru.

Sejak 1902, Dewi Sartika sudah merintis pendidikan bagi kaum perempuan. Di sebuah ruangan kecil, di belakang rumah ibunya di Bandung, Dewi Sartika mengajar di hadapan anggota keluarganya yang perempuan. Merenda, memasak, jahit-menjahit, membaca, menulis, dan sebagainya, menjadi materi pelajaran saat itu

Usai berkonsultasi dengan Bupati R.A. Martenagara, pada 16 Januari 1904, Dewi Sartika membuka Sakola Istri (Sekolah Perempuan) pertama se-Hindia-Belanda. Tenaga pengajarnya tiga orang; Dewi Sartika dibantu dua saudara misannya, Ny. Poerwa dan Nyi. Oewid. Murid-murid angkatan pertamanya terdiri dari 20 orang, menggunakan ruangan pendopo kabupaten Bandung.

Setahun kemudian, 1905, sekolahnya menambah kelas, sehingga kemudian pindah ke Jalan Ciguriang, Kebon Cau. Lokasi baru ini dibeli Dewi Sartika dengan uang tabungan pribadinya, serta bantuan dana pribadi dari Bupati Bandung. Lulusan pertama keluar pada tahun 1909, membuktikan kepada bangsa kita bahwa perempuan memiliki kemampuan yang tak ada bedanya dengan laki-laki. Tahun 1910, menggunakan hartanya pribadi, sekolahnya diperbaiki lagi sehingga bisa lebih mememnuhi syarat kelengkapan sekolah formal.

Pada tahun-tahun berikutnya di beberapa wilayah Pasundan bermunculan beberapa Sakola Istri, terutama yang dikelola oleh perempuan-perempuan Sunda yang memiliki cita-cita yang sama dengan Dewi Sartika. Pada tahun 1912 sudah berdiri sembilan Sakola Istri di kota-kota kabupaten (setengah dari seluruh kota kabupaten se-Pasundan). Memasuki usia ke-sepuluh, tahun 1914, nama sekolahnya diganti menjadi Sakola Kautamaan Istri (Sekolah Keutamaan Perempuan). Kota-kota kabupaten wilayah Pasundan yang belum memiliki Sakola Kautamaan Istri tinggal tiga/empat, semangat ini menyeberang ke Bukittinggi, di mana Sakola Kautamaan Istri didirikan oleh Encik Rama Saleh. Seluruh wilayah Pasundan lengkap memiliki Sakola Kautamaan Istri di tiap kota kabupatennya pada tahun 1920, ditambah beberapa yang berdiri di kota kewedanaan.

Bulan September 1929, Dewi Sartika mengadakan peringatan pendirian sekolahnya yang telah berumur 25 tahun, yang kemudian berganti nama menjadi "Sakola Raden Déwi". Atas jasanya dalam bidang ini, Dewi Sartika dianugerahi bintang jasa oleh pemerintah Hindia-Belanda.

Dewi Sartika meninggal 11 September 1947 di Tasikmalaya, dan dimakamkan dengan suatu upacara pemakaman sederhana di pemakaman Cigagadon-Desa Rahayu Kecamatan Cineam. Tiga tahun kemudian dimakamkan kembali di kompleks Pemakaman Bupati Bandung di Jalan Karang Anyar, Bandung.

Ruang Kerjaku.....Saat Malam Telah Tiba


Malam telah tiba.......Ruang Kerjaku....Tempat dimana 5 hari dalam seminggu aku bersamamu......











Thursday, July 17, 2008

Wahai istriku..........Adakah sebersit ragu dihatimu?


Wahai istriku yang tercinta..........
Berapa lamakah dikau menungguku kala malam tiba

Adakah sebersit ragu dihatimu selama kita bersatu??
Dalam ikatan perkawinan yang kita tuju

Hampir dua dasawarsa ku harus berlayar di ibu kota
Mencari penghidupan bagi keluarga tercinta
Merajut malam dalam ruang kos yang sepi
Menempuh jalan berdebu Jakarta sepanjang hari

Kutahu godaan setan itu mungkin nyata
Namun yakinlah bahwa diriku tetap setia
Serta menjaga keutuhan janji luhur itu
Setiap kuingat senyum anak kita dan bersit wajahmu

Istriku.....perahu kita kan terus melaju
Menuju samudra luas kehidupan nan biru
Menggapai impian dan asa keluarga kita
Menuju kehidupan dunia dan akhirat yang bahagia



Monday, July 14, 2008

Kencan Pertamaku Bersama Genset.....

Aku mungkin tahu dikau,
Tapi baru kukenal sosokmu sekarang.......
Setelah cintaku terpaut pada yang lain,
Engkau datang dengan seribu janji.......

Mungkin kita beda visi,
Aku ingin penghematan dan engkau penjualan...
Biarlah kita menjaga hati sanubari,
Untuk menjaga listrik itu tidak mati.......

Wednesday, July 9, 2008

Tertarik untuk mengikuti PROGRAM DOKTOR (S3) Non-Reguler Program Studi: Manajemen/Administrasi/Teknologi Pendidikan.


Sesuai tulisan sebelumnya (Pendidikan Seumur Hidup), saya berencana meneruskan sekolah lagi. Bidang yang saya minati sekarang adalah Pendidikan (Manajemen/Administrasi/Teknologi).....Maksudnya agar latar belakang pendidikan lebih lengkap mulai dari Elektro Telekomunikasi (S1), Bisnis Telekomunikasi (S2) dan sekarang (baca: rencananya) bidang Pendidikan.

Latar belakangnya adalah:
  1. Memberi dukungan dan contoh agar keluarga terus menuntut ilmu (re.Hadits: sampai liang lahat).
  2. Merintis hobi keluarga sebagai pendidik......
  3. Mendiversifikasi keunggulan kompetitif sebagai profesional dan kepala keluarga.

Ada beberapa institusi di hubungi namun baru Universitas Negeri Jakarta yang memberi jawaban.


-----Original Message-----
From: webmaster@ppsunj.org [mailto:webmaster@ppsunj.org]
Sent: Tuesday, July 08, 2008 1:22 PM
To: Djadja Sardjana
Subject: Re: Saya tertarik untuk mengikuti PROGRAM DOKTOR (S3)
Non-Reguler Program Studi: Manajemen Pendidikan.

Yth. Bp. Djadja Sardjana,

Untuk saat ini kami hanya membuka program non reguler yaitu kuliah sore, dengan waktu kuliah senin, rabu, jumat dan sabtu untuk MSDM. Sedangkan untuk waktu kuliah seperti yang ada di informasi penerimaan Mahasiswa Baru yaitu mulai jam 15.30 - 20.30. Untuk informasi lebih lanjut mengenai program Pascasarjana UNJ, hubungi kami di 4891842 dengan Bp. Dedeng.

Demikian dan terima kasih.

a/n TU UNJ
andre

Djadja Sardjana wrote:
Dear Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta.

Saya tertarik untuk mengikuti PROGRAM DOKTOR (S3) Non-Reguler Program Studi: Manajemen Pendidikan.

Ada beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Sebagai lulusan non-kependidikan (lulusan S2 Manajemen Bisnis Telekomunikasi STMB/IMT Bandung), prasyarat tambahan apa yang harus dilalui untuk mengikuti program doktor ini?
2. Saya bekerja sebagai profesional di Jakarta dan setiap sabtu/minggu pulang ke Bandung, adakah jadwal kuliah pada hari kerja yang dimulai setelah jam 18:30?
3. Setelah lulus program doktor ini adakah kemungkinan rekomendasi baik dari PNJ atau Diknas untuk menempati posisi Manajemen di Perguruan Tinggi? Ataukah masih ada persyaratan kredit untuk tenaga pendidikan yang harus dilalui?

Terima kasih atas perhatiannya.

Regards,
Djadja Achmad Sardjana


Note:
Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta

Alamat:
Gedung M, Kampus Universitas Negeri Jakarta, Jl. Rawamangun Muka,
Jakarta Timur 13220
Telepon/Fax: +62-21-4721340/4897047
website: http://www.ppsunj.org
e-mail: webmaster@ppsunj.org