Thursday, January 31, 2008

Apakah kita perlu menguasai bahasa daerah?


Pertanyaan ini saya ajukan karena penasaran semakin tumpulnya peran budaya melaui penguasaan bahasa daerah di sekitar kita. Mungkin kita ingat bawa ada sekitar
746 bahasa daerah di Indonesia.

Bagi saya manfaat dari Bahasa Daerah itu sangat besar terbukti dari kejadian nyata yang bahkan jauh dari unsur budaya itu sendiri, diantaranya:
  1. Peran Suku Navajo pada Perang Dunia ke 2 di Pasifik:
    Mungkin bagi penggemar film, kita penah menonton atau tahu tentang film Windtalkers. Dalam film tersebut diceritakan bahwa Amerika Serikat terdesak oleh Jepang karena setiap sandi perangnya dipecahkan. Hal ini mengakibatkan kekalahan yang telak di beberapa pertempuran. Akhirnya diputuskan untuk merekrut tentara dari Suku Indian Navajo sebagai ahli sandi perang dengan menggunakan bahasa daerah mereka. Disinilah peran Sergeant Joe Enders yang dibintangi Nicolas Cage untuk melindungi mereka agar sandi tesebut tidak jatuh ke tangan Jepang. Terbukti bahwa peranan mereka sangat besar sehingga peta peperangan berbalik untuk kemenangan Amerika Serikat karena Jepang tidak bisa memecahkan sandi-sandi tersebut.
  2. Sheila Watt-Cloutier, Nominator Nobel Lingkungan dari Alaska : Dalam usahanya memperbaiki lingkungan Suku Inuit di Alaska, Sheila (yang bukan Suku Inuit) berusaha dengan tekun menjadi bagian suku tersebut agar usahanya berhasail. Caranya adalah dengan mempelajari Bahasa Daerah Suku Inuit sehingga ia bisa larut dengan budayanya. Cara ini ternyata sangat ampuh menjadi jembatan komunikasi keberhasilannya memperbaiki lingkungan di Alaska. Dalam perebutan Hadiah Nobel, dia hanya kalah dari Muhammad Yunus dangan Grameen Bank-nya di Bangladesh.
  3. Pembebasan Sandera Pesawat Udara di Don Muang: Mungkin kita tidak mengetahui bahwa pada saat peristiwa ini, antara prajurit di lapangan dengan pusat komando di Indonesia sebagian komunikasinya dilakukan dalam Bahasa Jawa. Hal ini dilakukan agar penyandera dan fihak lain (termasuk Pemerintah Thailand) tidak mengetahui rencana apa yang akan dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dalam perencanaan pembebasan sandera tersebut. Di luar pro dan kontra, hal ini membuktikan ternyata penggunaan bahasa daerah sangat efektif untuk komunikasi yang membutuhkan kerahasiaan atau "emotional binding" yang tinggi.

Mungkin masih banyak lagi artikel yang membahas pentingnya bahasa daerah dari sisi budaya, agama, politik, ekonomi dan lain-lain. Sebagai penutup saya kutip artikel yang memperkuat kekhawatiran akan kemungkina punahnya Bahasa Daerah di harian Kompas, Rabu 14 November 2007 sbb:


726 Bahasa Daerah Terancam Punah

Bisa Dipelihara Melalui Komunitas

Bandar Lampung, Kompas - Sebanyak 726 dari 746 bahasa daerah di Indonesia terancam punah karena generasi muda enggan memakai bahasa tersebut. Bahkan, kini hanya tersisa 13 bahasa daerah yang memiliki jumlah penutur di atas satu juta orang, itu pun sebagian besar generasi tua.

"Anak muda sekarang cenderung memakai bahasa asing dan bahasa nasional daripada bahasa daerah di dalam kehidupan sehari-harinya," kata Kepala Bidang Pembinaan Pusat Bahasa Mustakim di sela-sela Kongres Bahasa-bahasa Daerah Wilayah Barat di Bandar Lampung, Selasa (13/11).

Menurut Mustakim, sebanyak 13 bahasa daerah yang jumlah penuturnya lebih dari satu juta penutur adalah Bahasa Jawa, Bahasa Batak, Sunda, Bali, Bugis, Madura, Minang, Rejang Lebong, Lampung, Makassar, Banjar, Bima, dan Bahasa Sasak.

Bahkan, tidak sedikit bahasa daerah yang jumlah penuturnya kurang dari satu juta bahkan hanya tinggal puluhan penutur saja. Di antaranya bahasa di daerah Halmahera, Maluku Utara, yang jumlah penuturnya sangat terbatas.

Salah satu faktor penyebab terjadinya penurunan jumlah penutur adalah akibat pengaruh budaya global. Pengaruh budaya itu menyebabkan generasi muda lebih suka berbicara dengan menggunakan bahasa nasional Bahasa Indonesia, sesekali diselingi dengan menggunakan bahasa asing, daripada dengan bahasa daerah.

Cinta bahasa daerah

Kepala Kantor Bahasa Lampung Agus Sri Dhanardana mengatakan, untuk menumbuhkan dan melestarikan bahasa daerah, Pusat Bahasa bekerja sama dengan balai-balai bahasa di setiap provinsi di Indonesia menggiatkan kembali kecintaan generasi muda pada pemakaian bahasa daerah. Selain itu, pemakaian bahasa daerah bisa digarap melalui komunitas-komunitas sastra, lembaga-lembaga bahasa, ataupun jalur pendidikan formal di sekolah.

Akan tetapi, tindakan yang lebih konkret untuk mempertahankan bahasa daerah adalah dengan menerapkan langsung bahasa daerah itu dalam kehidupan sehari-hari.

Mustakim mencontohkan, bahasa daerah juga bisa dipakai dalam percakapan di rumah, untuk nama jalan, nama bangunan, nama kompleks perkantoran, nama kompleks perdagangan, merek dagang, ataupun nama lembaga pendidikan. Nama-nama dalam bahasa daerah itu bisa ditulis di bawah nama dalam bahasa Indonesia.

Lebih lanjut Mustakim mengatakan, pemerintah sebetulnya juga telah menunjukkan keberpihakannya dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 40 Tahun 2007 tentang Pelestarian, Pembinaan, dan Pengembangan Bahasa Nasional dan Daerah. "Peraturan itu seharusnya bisa menjadi pedoman setiap kepala daerah melestarikan bahasa daerah masing-masing," kata Mustakim.

Meski demikian, menurut Mustakim, peraturan yang paling mengikat untuk bisa melestarikan bahasa daerah dan menghindarkan dari kepunahan adalah diterbitkannya undang-undang bahasa. (HLN)


Wednesday, January 30, 2008

Kunci sukses dari telepon pedesaan di Bangladesh

Di BANGLADESH, 97% dari rumah-rumah dan hampir semua pedesaan kekurangan telepon dan menjadi salah satu negara paling sedikit sarana telekomunikasinya di dunia. Ketiadaan sarana telekomunikasi ini mendukung keterbelakangan dan pemiskinan dari penduduk Bangladesh. Untuk mengatasi masalah ini, GrameenBank suatu lembaga institusi keuangan yang mikro, membentuk dua institusi:

1) Grameen Telecom, suatu organisasi nirlaba secara yang keseluruhan dimiliki GrameenBank untuk menyediakan servis telepon di daerah pedesaan sebagai satu aktivitas penghasil keuntungan untuk para anggota GrameenBank, dan

2) GrameenPhone Ltd. (Suatu kemitraan dengan institusi/perusahaan Amerika, Norwegia, dan Jepang), suatu perusahaan berorientasi keuntungan yang pada tahun 1996 memenangkan lisensi selular nasional GSM. GrameenPhone (GP) sejak itu telah menjadi operator yang dominan, serta menyediakan pelayanan telekomunikasi di wilayah pinggiran perkotaan dan sepanjang jalan kereta api.

Kunci sukses dari telepon pedesaan adalah hasil dari pengembangan kader dibidang wirausaha yang didukung oleh GrameenBank. Setelah Bank menyetujui pembiayaan suatu telepon, GT membeli suatu persetujuan beli telepon selular atas nama wirausaha dan menyediakan koneksi, perangkat keras dan pelatihan untuk mengoperasikannya. GT juga menjejaki trend di dalam telepon gunakan dan mengidentifikasi operator yang mempunyai pemasaran kesukaran atau mengumpulkan pembayaran-pembayaran untuk servis.

Jaringan telepon pedesaan dari GT juga menghasilkan manfaat-manfaat sekunder penting kepada wanita-wanita yang mereka melayani. Karena 95% dari operator adalah wanita, dan telepon-telepon itu di dalam rumah-rumah mereka, pelanggan wanita mempunyai akses pada telepon pedesaan inimerasakan nyaman menggunakannya. Ada juga beberapa bukti, karena telepon-telepon itu demikian penting bagi mereka, menjadi operator telepon pedesaan membantu mereka untuk meningkatkan status dari wanita-wanita tersebut di dalam masyarakat.

Friday, January 25, 2008

Andai Kau Pun Tahu

Andai Kau Pun Tahu

Meski Itu Serpih Haru

Tak Selamanya Mendung Itu Kelabu

Nyatanya Hidup Membersit Biru


Terinspirasi dari Lagu: Kidung (Chrisye)



Thursday, January 24, 2008

Geus Lila Teu Naek Sapedah

Geus Lila Teu Naek Sapedah.....Kakara tadi peuting nyobaan ngaboseh deui ti Sekretariat B2W Indonesia di Wijaya-I tepi ka tempat kos kuring di Benhil. Ngareunah oge geuningan.....Tadi mah aya rarasaan kagok....ngan saanggeus sabaraha bosehan jadi biasa we....


Sapedah nu dipake ku kuring nyaeta kaluaran Polygon edisi B2W Indonesia nu dipasang (baca: asembling) ku Kang Wahjoe & Wahyu anu turun tangan langsung.....Hatur nuhun Kang.

Keur kuring mah leuwih ti cukup da geus dilengkepan per (baca: suspensi) dihareup. Oge aya gir anu cukup lengkep, can dicobaan da "gaptek tea.... Poe ieu, rencana sim kuring rek nyoba ka Plaza Senayan sakalian maen Bowling.....



Wednesday, January 23, 2008

Hai wanita, tiada kesan membecimu

Hai wanita, tiada kesan membecimu
Kusimpan benci dalam lemari besi tak berpintu
Kuncinya telah kulempar ke lautan biru
Aku tahu ibuku mengajarkan untuk selalu menghormatimu.....


Sebuah jawaban untuk Merie


Monday, January 21, 2008

Harapan itu seperti sayapmu

Harapan itu seperti sayapmu
Dia tidak akan memberi arti.....
bila engkau terlepas dari asamu

Biarkanlah itu menjadi bingkai hidupmu
dan foto jiwamu

Dan bulatkan agar bersama angin....
menjelajahi gunung-gunung,
ombak-ombak samudera
dan gemintang di angkasa harapanmu


“Never let go of hope. One day you will see that it all has finally come together. What you have always wished for has finally come to be. You will look back and laugh at what has passed and you will ask yourself… ‘How did I get through all of that?”

*) Terinspirasi dari Ade

Betah di rumah

Kami sekeluarga betah di rumah.....Bila tidak ada kegiatan yang sangat penting (baca: undangan, silaturahmi, atau ...."last but not least"....ke toko buku)........Ada perasaan enggan, kangen (saya seminggu sekali di Bandung), capek, menikmati, dan banyak alasan lagi untuk tetap tinggal di rumah......

Sepertinya harus ada perubahan mendasar ya....agar lebih tahu dunia luar terutama Bandung.......

Friday, January 18, 2008

Ngawahan Jeung Aweuhan

Kuring keur ngawahan dina jalan anu mangmang
Sagala rupa kapikir, bari sieun teu bisa ngabecir
Siganamah kudu babalik pikir bari dzikir
Misahkeun aweuhan anu rosa dina hate sangkan make

Thursday, January 17, 2008

Apa Yang Bisa Dilakukan Dengan Angklung????

(Klik foto untuk memperbesar)

Mungkin kebetulan atau tidak, Riris menyenangi angklung. Ternyata banyak hal yang bisa didapat dari alat musik asal Bandung ini. Bagi putri kami ini, saya lihat sisi positif diantaranya adanya keseimbangan bagi otak kanannya (seni, kreatifitas dll.) sebagai kompensasi setelah memperoleh gemblengan untuk otak kirinya (logika, ilmu dll.) di sekolah, Bimbingan Belajar dan di rumah.

Saya tidak tahu apakah dia akan terus mengembangkan "karirnya" dan kecintaaannya pada angklung. Namun kalau membaca artikel di bawah ini kelihatannya kami sekuarga akan mendorong dia untuk juga berkiprah pada kesenian ini...........


Dengan Angklung Menaklukkan Eropa

Maulana M Syuhada bersama 35 temannya menjelajahi berbagai negara di belahan Eropa. Misinya hanya satu: Ekspand the Sound of Angklung (ESA). Memperkenalkan alat musik tradisional Sunda yang bisa membawakan berbagai lagu ini merupakan pekerjaan menantang bagi Maulana.

September 2007, buku tentang pengalaman mereka diluncurkan di Bandung: 40 days in Europe. ”Seusai melakukan penjelajahan budaya ke beberapa negara di Eropa ini, saya menilai, pengalaman ini tidak boleh terhapus oleh waktu. Pengalaman ini sangat berharga,” jelas pria kelahiran Bandung, 14 Juni 1977, ini.

Mereka telah berkelana di Eropa pada 22 Juli 2004-30 Agustus 2004. Misi mereka awalnya hanya untuk mengikuti Aberdeen International Youth Festival, salah satu even budaya terbesar di Skotlandia. Peserta festival ini bukan hanya kelompok seniman dari Skotlandia, tapi hampir seluruh kelompok seniman dunia.

Tapi, ibarat pepatah sekali dayung dua tiga pulau terlampaui, alumnus SMA Negeri 3 Bandung angkatan 1996 ini bertekad upaya melanglang buana mengenalkan angklung tak cukup hanya berlabuh di Skotlandia. Sebagai pimpinan rombongan, Maulana bersusah-payah mencari tahu berbagai festival dan even budaya yang digelar di berbagai negara Eropa dalam kurun waktu yang tak jauh berbeda.

”Festival dan konser itu dicari selama satu tahun. Lalu di set up. Selama mencari berbagai even dan festival itu, saya harus bolak-balik Paris, Berlin, Brussel, dan mencari berbagai festival melalui internet, telepon, maupun kopi darat,” tutur jebolan program Master (S2) Manajemen Produksi Technische Universitaet Hamburg, Jerman. Alhasil, dua festival lain bisa diikuti oleh tim ESA pimpinan Maulana ini. Yaitu, International Festival of Highland Folklore di Zakopane, Polandia, dan International Folklore Festival di Kostelec, Republik Czech.

Berbagai pertunjukan ‘gratisan’ juga digelar ESA di berbagai negara dan kota, mulai dari Bremen, Berlin, Muenchen, Paris, Frankfurt, Hamburg, hingga Brussels. Dalam setiap pertunjukan, Maulana dan tim ESA sering menampilkan lagu-lagu daerah dan keroncong. ”Penampilan angklung dengan membawakan lagu-lagu klasik, seperti karya Bach dan lagu-lagu opera seperti Opera Carmen, cukup mendapatkan apresiasi hangat dari para penonton,” jelas kandidat PhD Ilmu Manajemen Lancaster University Management School, Inggris, itu.

Hampir di setiap pertunjukan, penonton bahkan juga juri memberikan standing applaus. Tidak hanya itu, berbagai penghargaan pun diraih ESA dan tentu saja Maulana. ESA meraih juara pertama di festival mendapat di Kostelec, Republik Czech.

Di festival Zakopane, Polandia, selain meraih juara pertama, mereka juga mendapat penghargaan tertinggi, yaitu Ciupaga. Padahal, di festival itu Maulana dan ESA hanya berstatus sebagai bintang tamu. Sebenarnya, Maulana dan kelompok ESA tidak berhak ikut dalam kompetisi folklor karena tidak mewakili jenis kebudayaan folklor dataran tinggi. Tetapi, lantaran performa ESA dinilai sangat berkualitas, tim juri akhirnya tetap memutuskan penghargaan tertinggi itu berhak diraih ESA dan Maulana.

Aktualisasi Diri
Sebelumnya, Maulana adalah peranakan Sunda yang tak begitu mengenal angklung. Perkenalannya dengan angklung terjadi saat mengikuti orientasi siswa baru di SMAN 3 Bandung. Saat itu, kata dia, Keluarga Paduan Angklung SMAN 3 (KPA 3) membawakan soundtrack film McGyver yang saat itu tengah ngetren.

”Ternyata, angklung itu alat musik tradisional yang bisa digunakan untuk membawakan lagu-lagu Top 40, bahkan soundtrack Mcgyver,” kenang mantan Sekretaris Jenderal Ikatan Ahli dan Sarjana Indonesia di Jerman (IASI) ini. Hingga lulus dari SMAN 3 Bandung dan belajar di Teknik Industri ITB, Maulana belum juga memainkan angklung. Alat musik bambu itu baru ia pelajari justru saat dirinya belajar di Jerman, tepatnya di Hamburg University of Technology, pada 2001.

Maulana memainkan angklung dengan segala keterbatasannya, mulai dari sarana hingga personel. Dia dan rekan-rekan mahasiswa yang sama-sama berasal dari Indonesia, hanya memainkan angklung pada saat digelar International Student Evening.

Sambutan dari para penonton saat dia dan kelompok mahasiswa Indonesia bermain angklung sangat luar biasa. Bahkan, para penonton terlihat begitu antusias. Atas kepuasan penonton itulah, Maulana mengaku bahwa angklung menjadi semacam bentuk aktualisasi dirinya. Lewat angklung pula, ia merasakan pencitraan positif tentang Indonesia. ”Faktor ini yang menyebabkan saya tidak berhenti bermain angklung,” jelas alumnus Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah, Garut, Jawa Barat, ini.

Dengan segala ketekunannya, Maulana menghimpun rekan-rekannya untuk serius mempelajari angklung. Maulana dan rekan-rekannya pun mendirikan Angklung Orchester Hamburg pada 2002. Kini, kata dia, terdapat puluhan anggota Angklung Orchester Hamburg yang berasal dari 10 negara, yaitu Meksiko, Venezuela, Vietnam, Thailand, Ethopia, Elsavador, India, Austria, Rusia, dan Jerman.

Mengambil program doktoral di Inggris, Maulana tetap bermain angklung. Di Lancaster University Management School, Inggris, kata dia, pesertanya, 100 persen orang Inggris. Maulana yakin bahwa mengenalkan angklung di luar negeri merupakan upaya yang sangat efektif untuk diplomasi, khususnya dalam bentuk pencitraan. ”Lewat seni, Indonesia memiliki nilai yang sangat tinggi,” tegasnya.

Bersama 35 orang, Maulana telah menundukkan Eropa. Senjata mereka angklung. ”Ini merupakan pengalaman yang luar biasa,” kata mantan presiden Angklung Orchester Hamburg, Jerman, itu.

Sumber : www.republika.co.id

Tuesday, January 15, 2008

Guruku Baik Sekali

Judul di atas saya cuplik dari film "Guruku Cantik Sekali" yang "mungkin" (baca: lupa...) pernah saya tonton. Namun saya akan coba menceritakan pengalaman pribadi sebagai murid yang saya rubah konteksnya..........

Saat di TK Silih Asih ~40 tahun yang lalu, saya masih ingat gurunya adalah Ibu Koyon. Tidak tahu dipanggil demikian...namun yang saya tahu beliau sangat cinta profesinya dan juga anak didiknya. Beliau juga dikenal ramah dan supel diantara warga Muararajeun dan sering terlibat dalam kegiatan kemasyarakatan. Karena lokasi TK ini tidak jauh dari rumah, beliau kenal juga dengan orang tua saya........Yang mengesankan, pernah suatu kali saya diantar pulang ke rumah karena menangis pada hari pertama sekolah.....Suatu tindakan yang "normal" bagi seorang guru TK, namun sangat berkesan bagi saya. Kenangan yang lain adalah ketika saya beranjak remaja, betapa sedihnya beliau (dan juga saya), saat TK tersebut harus dibubarkan karena gedung (tepatnya ruangan) TK tersebut bukan milik sendiri (atau yayasan), namun menumpang pada salah satu rumah di komplek perumahan dinas......Cerita sederhana memang.....namun tiadanya TK Silih Asih serta figur Ibu Koyon tersebut... (baca: Apalah Arti Sebuah nama???) ......Hilang pula rasa Silih Asih di "Tempat Lahir Beta"????....Mudah-mudahan tidak.....

Kenangan selanjutnya adalah ketika menyusun Tugas Akhir ketika di ITENAS. Saat itu dosen pembimbing sedang kursus bahasa di Jakarta sebagai persiapan penugasannya dari tempat beliau bekerja, saya terpaksa bolak balik Bandung-Jakarta untuk bimbingan. Suatu ketika, saya bimbingan dengan Bapak Mulawarman di rumah mertua beliau di daerah Tebet......Mungkin karena sedang Shaum (kalau tidak salah bulan Ramadhan) dan masuk angin (serta bukan dari kalangan "Road Warrior") ....saya mulai mual-mual dan tiba-tiba muntah.....Betapa malunya saya, namun dengan sabar beliau dan istri memijit dan memberi saya minyak angin sampai kondisi saya pulih kembali (its real story).....Suatu pengalaman yang tidak akan saya lupakan.....bahwa betapa ketulusan itu akan selalu diingat sepanjang hayat.....

Masih banyak kenangan indah dari guru saat SD, SMP, SMA maupun tingkat pendidikan lanjut yang saya ikuti....namun sebagai pembuka saya bagi cerita ini bagi pemirsa.......

Monday, January 14, 2008

Dokter....Engkau Memang Pinter

Sabtu kemarin kedua putra-putri kami terserang demam dan suhu tubuhnya naik turun berkisar antara 37-38,7C. Di tubuh mereka timbul bercak merah terutama di wajah Firman yang kulitnya relatif putih....Sedangkan Riris juga mengalami pegal-pegal di persendiannya.....

Alternatif pertama yang kami lakukan adalah memberi mereka madu Habatus Sauda untuk pertahanan tubuh. Setelah malamnya mereka masih panas, maka kami putuskan untuk segera ke dokter yang biasa dikunjungi keluarga kami.....namun karena hari itu adalah Ahad....timbul keraguan karena biasanya dokter dan klinik libur........

Setelah mencoba menelepon beberapa kali, didapatkan informasi bahwa dokter anak yang biasa dikunjungi Firman buka ba'da Maghrib.....Yang mengejutkan Dr.Nurrachim menjawab panggilan kami melalui HP dan menginformasikannya secara langsung... Sedangkan untuk Riris kami terpaksa ke UGD salah satu rumah sakit swasta di Bandung.

Singkat kata kedua dokter yang dikunjungi menginformasikan bahwa putra putri kami terserang penyakit yang sama dan memerlukan istirahat dokter (baca: sebetulnya merka bersikeras untuk masuk sekolah setelah libur panjang ini, namun Commander In Chief memutuskan mereka untuk istirahat minimal hari ini)....Alhamdullillah keduanya sudah stabil suhu tubuhnya dan dalam masa pemulihan....

Cerita belum selesai......Dari pengalaman kemarin.....ternyata "pengobatan" yang ampuh dari kedua dokter tersebut adalah penerimaaan yang tulus dari mereka....Kita bisa mengerti, di hari libur dimana sebagian besar orang sedang istirahat atau berkumpul dengan keluarga, seorang dokter memang dituntut untuk bisa memainkan "Peran Orcar-nya" untuk selalu ramah namun tegas dalam menghadapi pasiennya. Tidak sedikit memang dokter yang menganggap pasien adalah bagian dari rutinitas atau "Assembling Line" dari tugas mereka, namun dengan persaingan yang ketat dan "Rule of Games" yang sangat berbeda pada saat ini, banyak dokter yang memasukkan Hubungan Manusia (dengan H dan M dalam
huruf besar) dalam profesinya.

Dokter....Engkau Memang Pinter.......Ayo para dokter anda berharga bagi bangsa ini….

Baca juga : http://sardjana.multiply.com/reviews/item/16

Wednesday, January 2, 2008

Hadiah akhir tahun dari RumahkuSurgaku.com

Alhamdullilah....sesuai pengumuman dari RumahkuSurgaku.com "PORTALNYA KELUARGA BAHAGIA", saya memenangkan Hosting 5 GB sebagai Pemberi Saran & Kritik Terbaik..... Rencananya akan digunakan sebagai rumah maya untuk wahana dan wacana pendidikan, kewirausahaan sosial dan keluarga.

Semoga portal RumahkuSurgaku.com semakin besar dan bermanfaat bagi keluarga Muslim yang membutuhkannya....Amin....

Berikut adalah pengumumannya yang dimuat tanggal 31 Desember 2007:

Pemenang Hosting 5GB
Monday, 31 December 2007
Ditulis Oleh Tim RumahkuSurgaku.com

Selamat kepada : Jonriah Ukur Ginting, Teguh Atmajaya, dan Djadja Sardjana sebagai pemenang Pemberi Saran & Kritik Terbaik serta Yusro Widiastomo sebagai Pemberi Testimonial Terbaik Versi RumahkuSurgaku.com. Semua pemenang berhak mendapatkan hosting gratis sebesar 5GB selama setahun.

Angka memang bukan kode buntut


Angka memang bukan kode buntut
Namun penuh dengan pikiran runut
Asal kita tahu itu tidak selalu urut
Mungkin juga hasil pengetahuan yang mengikut

Angka memang bukan kode buntut
Sering kali menimbulkan wajah kerut
Terutama bila dikaitkan dengan sikap yang tak patut
Dari hamba-Mu yang tidak mengenal rasa takut


Gambar dipinjam dari: http://www.funbrain.com/guess/magic.gif

“Kasih sayang ayah sepanjang galah, kasih sayang ibu sepanjang kalbu”


CMIIW (Correct Me If I'm Wrong).

Setiap zaman ada masanya hubungan orang tua dan anak direpresentasikan. Semua ada “base line” dan “key word” yang tetap sama yang direpresentasikan dengan peribahasa:
“Kasih sayang ayah sepanjang galah, kasih sayang ibu sepanjang kalbu”.

Benar atau salah, semuanya bermula dari hati (baca: kalbu). Ayah yang sabar (baca: bagi saya ini susyaaah….) pada buah hatinya serta ibu yang selalu merindu pada putra-putrinya dan tawaddu, merupakan salah satu “Key Performance Indicator / KPI” dalam hubungan yang indah namun tidak sesederhana yang kita bayangkan tersebut……..