Wednesday, November 19, 2008

Setiap Detik Adalah Bermakna

Waktu berjalan dengan cepat

Memburu hati dan tulang yang tercekat

Sembuhkan nurani jiwa terhambur padat

Adakah kita lupa semua hikayat????

Tuangkan jiwa nisbikan lara

Serukan mimpi terserak kata

Adakah waktu mengejar kita???

Setiap Detik Adalah Bermakna

Tuesday, November 11, 2008

Siapa bilang urang sunda gak bisa ngomong FITNAH

Dari warung sebelah:

"Siapa bilang urang sunda gak bisa ngomong FITNAH"




Siapa bilang urang sunda gak bisa ngomong FITNAH

Dari warung sebelah:

"Siapa bilang urang sunda gak bisa ngomong FITNAH"




Friday, November 7, 2008

Akhirnya Wisuda juga

Alhamdulillah.... Beberapa hari yang lalu, saya diwisuda di Institut Manajemen Telkom Program Manajemen Bisnis Telekomunikasi. Tuntas sudah perjuangan sementara dalam meneruskan jenjang pendidikan setelah bergulat untuk menyelesaikan Tesis dengan judul "Peranan Pemangku Kepentingan Grameen Telkom Terhadap Efektifitas Strategi Manajemen".

Mengenai Tesisnya bisa dilihat di:

Rencananya setelha ini, saya tertarik untuk mengikuti PROGRAM DOKTOR (S3) Non-Reguler Program Studi: Manajemen Pendidikan atau Teknologi Pendidikan......Maksudnya bisa melengkapi jenjang pendidikan seteleah merengkuh Bidang Teknik (Telekomunikasi) dan Manajemen (Bisnis Telekomunikasi).

Beritanya ada di Pikiran Rakyat 26 Oktober 2008:

Media Mendorong Masyarakat untuk Memanfaatkan ICT


BANDUNG, (PR).-

Keberhasilan proses pembelajaran dan peningkatan kompetensi masyarakat mendorong tingkat pemanfaatan Information Communication Technology (ICT) sebagai kunci akselerasi bisnis ICT. Media sebagai pendorong perubahan masyarakat memiliki peran dalam pergerakan ini.

Hal tersebut diungkapkan Direktur Utama PT Pikiran Rakyat H. Syafik Umar saat menyampaikan orasi ilmiah "Peran Komunikasi dan Informasi Media dalam Mendukung Akselerasi Bisnis ICT", pada acara Wisuda Program Strata 2 dan Strata 1, Institut Manajemen Telkom (IM Telkom), di Gedung Saraswati Telkom Learning Center (TLC), Jln. Gegerkalong Hilir No. 47, Bandung, Sabtu (25/10).

Menurut Syafik, peran media adalah mendukung kecepatan dan penerimaan masyarakat dalam mengadopsi setiap inovasi ICT. "Dalam hal ini, masyarakat juga harus memiliki kemampuan mengakses media secara aktif serta meningkatkan kualitas citizen journalism bahwa setiap orang juga bisa menjadi jurnalis untuk segera mengabarkan berita," tuturnya.

Untuk itu, lanjut Syafik, media dituntut melakukan peningkatan kapasitas content media milik masyarakat. Seperti halnya yang dilakukan "PR" dengan membuka ruang akses lebih luas, program rutin citizen journalism, serta peningkatan kualitas media bagi publik, dan pemerintahan dengan melakukan training, seminar, maupun diskusi.

"Di media cetak pun, porsi informasi semakin diperluas dengan suplemen terbuka bagi publik. Sedangkan di online dibuka ruang bagi berbagai komunitas untuk saling berinteraksi," kata Syafik. Bahkan untuk ke arah konvergensi, teknologi "PR" online hingga "PR" mobile sudah dapat dinikmati publik saat ini.

Namun Syafik mengingatkan, informasi berlimpah juga mudah membuat kita kehilangan fokus dan tersesat di rimba informasi yang detil dan deras. Dari catatan media habit, meski penduduk Indonesia sudah lebih dari 90% mengakses media, tetapi kontras pemanfaatannya yang bersifat membaca rata-rata di bawah satu persen.

Menanggapi perkembangan industri ICT yang kreatif dan inovatif, Direktur Sumber Daya Manusia (SDM) PT Telkom Tbk. Faisal Syam mengatakan, hal tersebut tidak ditunjang dari nilai IPK (indeks prestasi kumulatif) seseorang saja. "Tuntutannya, kita harus mampu mengevaluasi untuk memetakan potensi diri yang mana kemampuan soft skill dan mana hard skill. Sebaliknya kita harus mampu membenahi kekurangannya," ucapnya.

Selanjutnya, sebagai Senior Faculty Member IM Telkom, Yudi Pram mengatakan, peluang IM Telkom untuk terserap di industri ICT yang sedang revolusi dengan pemanfaatan teknologi komprehensif ini akan semakin membutuhkan SDM yang kompeten. "Dalam hal ini, IM Telkom mampu mencetak SDM yang tidak dari sisi konvensional saja dari sisi isi, tetapi juga dari sisi teknik serta teknologi," ujarnya. (CA-169)***


Tuesday, September 30, 2008

Permohonan Maaf Mengiringi Hari Yang Fitri 1429H


Assalammualaikum WR WB.


Sahabat, hari ini saya singgah di rumah hatimu
Kupaksakan langkah untuk sampai pada selasar kalbu
Telah banyak perjalanan panjang berliku yang kita tempuh
Dengan kerendahan hati, mohon bukalah sedikit pintu maaf bagiku

Tanpa kusadar selaksa kesalahan itu mungkin jadi seribu
Namun percayalah, bukan maksudku untuk membuat sendu
Tekadkan bahwa arah hidup kita kan membawa kebaikan selalu
Dengan iringan do'a: "Taqaballahu Mina Wa Minkum Siammana Wa Siammakum"

Tuesday, September 23, 2008

Doa Akhir Ramadhan

Assalammualaikum.

Saya dapat dari salah seorang rekan kerja encerahan yang sangat bermanfaat bagi kita:

“Doa Akhir Ramadhan”

Dalam Hadits Rasulullah SAW , Bersabda “ Barang siapa yang berdoa di akhir Sujud Shalat Subuh pada Jumat terakhir di akhir Ramadhan , niscaya Allah SWT akan mengabulkan “.

Sahabat bertanya, “ Doa apa itu Ya Rasulullah” ? ,Berdoalah ;

“ Ya Allah, Pertemukan Saya di Bulan Ramadhan tahun berikutnya, dalam keadaan Sehat Walafiat, mudahkanlah Rezeqiku dan segala urusanku Ya Allah “

Amien Ya Rabba Alamien


NB :

- Jumat terakhir Ramadhan jatuh tgl 26 September 2008..


Monday, September 15, 2008

Jati tong kasilih ku junti, taman tong kaliung ku situ. Leungit ciri tinggal cara

Paguyuban Warga Jawa Barat (PWJB)
Jendela Budaya "Urang" Sunda

"Jati tong kasilih ku junti, taman tong kaliung ku situ. Leungit ciri tinggal cara" (Budaya yang kita miliki selama ini agar jangan sampai terdesak oleh budaya lain).

PEPATAH Sunda di atas merupakan suatu imbauan atau ajakan bagi kita semua, untuk senantiasa menjaga dan menjunjung tinggi adat istiadat di mana pun kita berada. Ini sejalan dengan timbulnya berbagai kekhawatiran, khususnya di kalangan orang tua terhadap generasi muda kini. Tak jarang kita lihat, banyak kaum muda yang telah terpengaruh budaya deungeun (bangsa lain), bahkan terjerumus ke dalam jurang kenistaan.

Tak sulit untuk membuktikan pengaruh atas kekhawatiran itu di zaman yang serbacanggih sekarang ini. Sebut saja, tindak kekerasan pada generasi muda, yang senantiasa menghiasi halaman surat kabar atau tayangan di televisi. Tidak sedikit pula anak-anak muda kini telah terbiasa mengonsumsi barang haram alias narkoba.

Entah sebagai pengaruh dari berbagai bahan bacaan, film, ataupun informasi yang dikaji secara salah kaprah, yang jelas, indikasi mental generasi muda kita yang lunak dan mudah terpengaruh tampaknya semakin nyata. Secara tidak sadar mereka telah masuk ke dalam lingkaran setan yang membahayakan hidup kita.

Melihat makin menggejalanya budaya lain merasuk kepada generasi muda, makin tinggi pula kekhawatiran kita terhadap anak-anaknya terperosok ke dalam jurang kenistaan.Terlebih orang tua yang mempunyai anak-anak remaja di perantauan. Karena jangankan jauh dari pengawasan, ketika anak-anak berada satu rumah pun, pengaruh negatif senantiasa menghantui dan mengancam kehidupan.

Kalau segalanya sudah telanjur, kita hanya bisa mengusap dada dan menerima kenyataan pahit. Akankah berbagai pengaruh negatif kita biarkan merasuk dan merusak generasi muda?

Tentunya, kita semua tak ingin hal itu terjadi sehingga segala sesuatunya harus dipersiapkan dan diantisipasi sedini mungkin. Apalagi warga Jawa Barat memiliki budaya Sunda yang mengajarkan etika dan nilai-nilai luhur. Jangan sampai budaya Sunda yang kita junjung, luntur atau bahkan hilang seketika akibat pengaruh luar.

Kekhawatiran itu pula yang senantiasa menghantui atau muncul di benak Ki Demang Wangsafyudin, S.H., pupuhu adat sekaligus sesepuh Paguyuban Warga Jawa Barat (PWJB) di Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta.

Seperti dituturkan Mang Demang--sapaan akrab Ki Demang Wangsafyudin--PWJB kini merangkul tak kurang 37.000 warga Sunda (Jawa Barat) yang tinggal di Yogyakarta. Pendiriannya dijajaki sekitar tahun 1951-an, bermula dari sebuah perkumpulan "kontak biro" yang dibentuk orang-orang Sunda yang tinggal di Yogyakarta. Setahun kemudian (1952) paguyuban yang diprakarsai oleh Prof. Kusnadi Hardjasumantri (alm.) itu pun terbentuk.

**

AWALNYA kontak biro hanya diminati oleh orang-orang yang peduli untuk senantiasa menjunjung tinggi budaya leluhur (asal), yakni Sunda sebagai tempat kelahiran mereka. Waktu pun berlalu, tahun 1964 kontak biro mulai dilirik kalangan muda, umum, mahasiswa, serta pelajar dari Jawa Barat yang menuntut ilmu di Yogyakarta. Bahkan, kemudian peminatnya tak terbatas pada warga Sunda (Jawa Barat), tetapi juga warga dari daerah lain yang tinggal di Yogyakarta, termasuk orang Yogyakarta sendiri.

Kontak biro pun berubah menjadi paguyuban bernama Paguyuban Warga Jawa Barat dan membentuk enam komisariat, antara lain Komisariat Galuh Rahayu, KPC Cirebon, KPMB Bandung, Jakarta Raya, Suryakancana (terdiri atas warga asal Bogor, Karawang, Cianjur, dan Sukabumi), serta KBY Banten.

Kalangan muda dan pelajar pun makin menampakkan ketertarikannya maka tahun 1972 terbentuk KPM (Keluarga, Pelajar, dan Mahasiswa) Jawa Barat. Ini berbarengan dengan pendirian pemondokan bagi para pelajar dan mahasiswa warga Jawa Barat. Tak heran jika asrama ini diwarnai berbagai kegiatan seni bernapaskan Sunda, yang diprakarsai oleh Sanggar Seni Sunda Paguyuban, antara lain degung, kecapi suling, seni tari, serta perpustakaan Sunda. "Tempat dan berbagai kegiatan di sini bisa dikatakan sebagai jendela budaya Jawa Barat," tutur Mang Demang.

Kegiatan seni pun pada perkembangannya tak hanya dinikmati oleh orang Sunda, tetapi juga masyarakat Yogyakarta. Tidak jarang mereka (warga Yogya) bahkan kalangan keraton, mengundang seni Sunda ini untuk mentas (gelar kebolehan). Antara lain pada acara ritual peringatan panjang jimat (setiap tanggal 10 Maulud), atau acara silaturahmi/halalbihalal di kalangan orang-orang keraton, serta perayaan pawai budaya.

"Lewat berbagai kegiatan seni ditunjang oleh acara dialog Sunda secara rutin, paguyuban bisa dibilang onjoy (unggul) di antara perkumpulan warga lain yang ada di Yogyakarta," katanya.

Mang Demang yang beristrikan orang asli Kota Gudeg melihat, saking kompak dan banyaknya kegiatan positif yang ditunjukkan warga Jabar di paguyuban ini, menjadi filter khususnya bagi kaum muda. Dengan menjunjung tinggi budaya sendiri, paling tidak bisa menekan kecenderungan negatif arus budaya lain.

Oleh karena itu, katanya, paguyuban akan terus berusaha untuk merekrut anggota, khususnya warga Jabar sebanyak mungkin, tanpa memandang sebelah mata adanya dukungan dari berbagai pihak, khususnya dari pemerintahan Jabar sendiri. Biar bagaimanapun, paguyuban telah menjadi wahana atau sarana, dalam rangka mempromosikan budaya dan wisata Jabar.

Masing-masing membentuk wadah sesuai minat dan ketertarikan, seperti Paguyuban Kerupuk yang dihuni oleh para pengusaha kerupuk, Paguyuban Tanaman Hias, Paguyuban Bubur Kacang Ijo, Paguyuban Teralis, Paguyuban Fotografer, serta Paguyuban Istri-istri PWJB.

"Sebagai masyarakat pendatang, sudah seharusnya kami membanggakan sekaligus mempromosikan daerah asal sendiri. Untuk itu, mau nggak mau kami harus nyontoan, dengan berbuat positif dan bermanfaat. Ibaratnya, kami harus punya prinsip teuas peureup, lemah usap (berani tapi mempunyai rasa sayang-red.), atau pageuh keupeul lega aweur (hidup hemat, tetapi tidak pelit-red.)," tambah Mang Demang yang juga menjadi pengacara LBH Armidah. (Cepi Juniar/"PR")***